TRIBUNNEWS.COM, SEMARAPURA – I Ketu Swastika, ayah Puthu Satria, membantah anaknya meninggal karena penyakit jantung.
Apalagi, sejauh ini Putu Satria tidak memiliki riwayat penyakit apa pun.
Buktinya sebelum masuk STIP ada cek kesehatan, anak saya lulus hasilnya dengan hasil yang bagus, kata Tslav Keres, ayah Putu Satria saat Tribun Bali berkunjung ke rumah duka. di desa Gunkasa. , Kecamatan Dawan, Klongkong, Sabtu (4/5/2024) sore.
Keluarga menduga Foto Satria meninggal karena dipukul.
Swastika mengaku keluarganya sangat terpukul dengan peristiwa tragis yang menimpa putranya.
“Keluarga sangat terpukul dengan kejadian ini. Apalagi anak saya meninggal seperti itu,” kata seorang swastika sambil menangis sambil berusaha menahan air mata.
Swastika juga menuntut pihak berwenang bisa membuka kasus tersebut, dan hukum harus ditegakkan.
“Saya berharap para pelakunya mendapat hukuman yang setimpal agar memberikan efek jera, dan tidak ada lagi kekerasan di dunia pendidikan,” ujarnya.
Pihak keluarga juga menyayangkan adanya pernyataan dari STIP yang terkesan “cuci tangan” atas kekerasan yang terjadi di kampus.
“Saya berharap kedepannya akan lebih banyak lagi korban di sekolah-sekolah dinas. Yang terakhir adalah anak saya yang menjadi korban,” ucapnya dengan mata berkaca-kaca. Jenazahnya telah dikembalikan
Sementara jenazah Putu Satria dimakamkan di RS Polri Karamat Jati, Jakarta Timur.
Pj Putra Mahkota Klongkong I Nyoman Jendrika yang sedang berada di Jakarta, menyempatkan diri menemui keluarga almarhum untuk menyampaikan belasungkawa dan belasungkawa sedalam-dalamnya, pada Sabtu malam (4/5/2024).
“Kami tentunya sangat prihatin dan turut berduka cita atas meninggalnya almarhum Satria. Kami juga turut berduka cita atas kekerasan yang menyebabkan kematian korban sia-sia.”
Harapan kami pihak kampus mau bertanggungjawab atas kejadian ini, dan berupaya agar kedepannya tidak ada korban lagi. Cukuplah korban mendiang Satria menjadi yang terakhir, kata Jadritsa.
Penjabat pewaris takhta itu bertemu dengan ibu kandung mendiang, Nanga Rosmini. Ibunda almarhum merupakan pegawai RSUD Kabupaten Klongkong.
Rosmini mengatakan putranya adalah mahasiswa yang cerdas sekaligus mahasiswi di kampus.
Permintaan kami atas nama keluarga agar pelaku penganiayaan yang menyebabkan meninggalnya korban diadili sesuai hukum yang berlaku dan tidak ada upaya untuk menutup-nutupi kasus tersebut, ujarnya.
Terkait pemulangan jenazah ke Bali untuk upacara, Gendrika mengatakan, keberangkatan dari RS Polri Dermaga Karamet menuju Bandara Sukarno-Hatta (Suata), Changkrang, diputuskan oleh pihak kampus.
Pada Sabtu (4/5/2024) pukul 19.00 WIB, jenazah Futo Satria meninggalkan RS Polri menuju Bandara Soekarno-Hatta pada pukul 19.00 WIB.
Ia akan berangkat dari Bandara Suta bersama keluarganya pada Minggu (5/5/2024) pukul 05:00 WIB.
Setibanya di Bandara Gusti Ngurah Rai, Bali, Pemkab Klongkong menyiapkan mobil ambulans dari RSUD Klongkong untuk diangkut menuju rumah duka almarhum di Desa Gunkasa, Kecamatan Dawan.
Upacara pemakaman Foto Satria rencananya akan digelar pekan depan. Kronologi penganiayaan
Futo Satria yang terkenal di Rio, tewas di kampus Sekolah Tinggi Ilmu Kelautan (STIP) Jakarta setelah diserang atasannya pada Jumat (3/5/2024).
Penganiayaan terjadi di kamar mandi lantai dua kampus STIP, Jakarta Utara.
Awalnya Futo Satria dan kawan-kawan yang masih berada di level I dipanggil oleh senior level II.
Kakaknya, Tegar Rafi Sanjaya (21) asal Bakassi, menanyakan siapa yang meminta Putu Satria dan rekan-rekannya mengenakan pakaian olahraga ke lantai tiga gedung pendidikan.
Futo Satria dan rekan-rekannya kemudian diminta mengantri.
Kemudian Tegar memukul ulu hati Foto Satria dengan tangan terkepal sebanyak 5 kali. Mahasiswa STIP yang membungkam tewas di tangan seorang lelaki lanjut usia. Kejadian itu terekam di CCTV. (Kolase Tribune)
Korban yang terluka terjatuh berkali-kali.
Penganiayaan tersebut diungkap oleh teman sekelas korban yang menyaksikan langsung pengeroyokan Foto Satria.
Pelaku Tegar ditangkap polisi.
Teman korban, disapa A, mengatakan, penganiayaan itu terjadi saat ia bersama korban dan tiga kelas lainnya berkunjung ke salah satu ruang kelas, Jumat (3/5/2024) pagi.
“Kemudian kami turun ke lantai dua dan dipanggil oleh petugas tingkat 2 bernama Tegar dan kawan-kawan,” kata A dalam keterangannya dikutip Tribunnews.com, Sabtu (4/5/2024).
Terdakwa pelaku kemudian menanyakan alasan korban dan empat temannya memakai baju olah raga.
Kemudian tersangka meminta kelima pemuda tersebut masuk ke kamar mandi dan mengantri.
“Tegger tanya siapa yang suruh pakai baju olah raga? Lalu saya dan lima teman saya diajak ke kamar mandi. Kami disuruh antri, pertama korban, lalu teman barisan lainnya,” kata A.
A yang menyaksikan pengeroyokan itu melihat dengan jelas bagaimana korban dipukul sebanyak lima kali oleh terduga pelaku.
Tager memukul foton satria sebanyak lima kali di ulu hati.
Hal ini membuat Potus atria, dan langsung terjatuh.
“Kemudian mereka menyuruh kami keluar dari kamar mandi dan segera mengikuti kegiatan tersebut,” kata A.
Polisi telah menetapkan satu tersangka kasus dugaan penganiayaan yang menewaskan Putu Satria.
Tersangka tak lain adalah Tegar Rafi Sanjaya (21), mahasiswa tahun kedua STIP Jakarta.
Kapolres Metro Jakarta Utara Kompol Gedyon Arif Setiwan mengatakan, pihaknya memeriksa 36 orang yang terdiri dari taruna dan terapis STIP, dokter, dan dokter spesialis.
Pihaknya memeriksa rekaman CCTV yang ada.
“Kemudian kami temukan satu-satunya tersangka dalam kejadian tersebut adalah TRS. Salah satu taruna pembungkaman STIP tingkat 2,” kata Gadion kepada wartawan di Polres Metro Jakarta Pusat, Sabtu (4/5) malam.
Dugaan kasus perpeloncoan fatal ini awalnya terungkap setelah ada laporan korban dilarikan ke RS Tarumajaya, Kabupaten Bekasi.
Korban kemudian diperiksa dan diduga tewas akibat kekerasan fisik di kampus STIP Jakarta, Silinsing, Jakarta Utara.
“Saya kira Closed Circuit Television cukup jelas menceritakan rangkaian kejadiannya, karena kegiatannya di kamar mandi, itu kegiatan yang tidak dilakukan secara resmi oleh lembaga, itu kegiatan perseorangan, makanya tidak dilakukan. secara terstruktur atau secara edukatif,” jelas Kapolres.
Gideon mengatakan usia menjadi motif kasus tersebut. Gideon memperkirakan partainya telah menemukan kesombongan Gil.
Motifnya karena usia. Kalau bisa kita simpulkan, mungkin itu arogansi usia, ujarnya.
Sementara korbannya, mahasiswa tahun pertama STIP Jakarta, Putu Satria, meninggal dunia akibat luka pada ulu hati.
“Menyebabkan pecahnya jaringan paru-paru, ada pendarahan, tapi ada juga yang lecet di mulut,” ujarnya.
Atas perbuatannya, tersangka didakwa pasal 3380 bersama anak perusahaan 351 pasal 3 dengan ancaman hukuman penjara 15 tahun (mit/tribunnews.com).
Artikel ini tayang di Tribun-Bali.com dengan judul Putu Satria Dipukul 5 Kali di Ulu Hati oleh Tegar Rafi, Jenazah Dijadwalkan Tiba di Bali Hari Ini