Kelompok Muslim AS Kecam Serangan Israel terhadap Suriah

TRIBUNNEWS.COM – Dewan Hubungan Amerika-Islam (CAIR) mengeluarkan pernyataan keras yang mengutuk agresi Israel dan pemboman di Suriah.

Dalam pernyataannya, CAIR menegaskan bahwa rakyat Suriah mempunyai hak untuk membangun kembali negaranya bebas dari pendudukan asing dan kekerasan.

“Rakyat Suriah mempunyai hak untuk membangun kembali negara mereka bebas dari pendudukan asing dan kekerasan,” CAIR mengutip pernyataan Al Jazeera.

Pernyataan tersebut menunjukkan solidaritas terhadap rakyat Suriah yang menghadapi dampak konflik berkepanjangan.

CAIR juga mengkritik Presiden Joe Biden karena mengirimkan senjata ke pemerintahan Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu.

Dalam konteks ini, CAIR menyebut tindakan tersebut tidak pantas, terutama ketika Israel terlibat dalam genosida di Gaza.

CAIR menunjukkan bahwa kelambanan tindakan ini mendorong Netanyahu, yang dituduh melakukan kejahatan perang, mengabaikan hukum internasional dan menyerang Suriah.

Hal ini menunjukkan bahwa tindakan CAIR yang dilakukan oleh pemerintah AS berkontribusi terhadap ketegangan dan kekerasan yang sedang berlangsung.

Militer Israel dilaporkan telah melancarkan serangan besar-besaran terhadap Suriah, yang dianggap sebagai salah satu operasi ofensif terbesar dalam sejarah angkatan udaranya, terutama setelah penggulingan pemerintahan Bashar al-Assad.

Serangan ini menimbulkan kekhawatiran tambahan mengenai stabilitas di kawasan.

Pasukan Israel juga dilaporkan telah merebut tanah di Dataran Tinggi Golan, wilayah sengketa antara Israel dan Suriah.

Hal ini menambah kompleksitas konflik dan dampaknya terhadap masyarakat Suriah yang masih berjuang untuk mencapai keamanan dan perdamaian. Para diplomat Suriah telah meminta agar upaya tersebut dilanjutkan

Duta Besar Suriah untuk Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB), Qous Aldahk, mengatakan dalam sebuah pernyataan di New York bahwa para pemimpin negara tersebut saat ini telah menginstruksikan kedutaan dan misi Suriah untuk terus menjalankan tugas mereka meskipun ada ancaman yang dihadapi negara tersebut. Masa transisi.

Pernyataan itu muncul ketika Dewan Keamanan PBB mengadakan konsultasi tertutup yang mendesak mengenai situasi politik di Suriah, khususnya kemungkinan oposisi menggulingkan Presiden Bashar al-Assad.

Aldahk menjelaskan, surat tersebut telah dikirimkannya kepada Dewan Keamanan PBB dan Sekretaris Jenderal Antonio Guterres.

Dalam suratnya, ia mengutuk serangan Israel terhadap Suriah dan menuntut agar Israel tidak mengambil keuntungan dari ketidakpastian yang terjadi di negara tersebut.

Hal ini menunjukkan bahwa bahkan dalam keadaan sulit sekalipun, diplomasi dan pengakuan internasional tetap menjadi fokus utama Suriah.

Menurut Aldahk, Suriah kini berada pada titik kritis dalam sejarahnya dan memasuki periode perubahan baru.

Rakyat Suriah berharap dapat membangun negara yang bebas, setara dan demokratis berdasarkan supremasi hukum.

“Kami akan bekerja sama untuk membangun kembali negara kami, membangun kembali apa yang telah hancur dan membangun masa depan yang lebih baik bagi seluruh warga Suriah,” katanya.

Pernyataan tersebut menegaskan kembali komitmen Suriah untuk melanjutkan diplomasi dan mencari dukungan internasional di masa-masa yang tidak menentu ini.

(Tribunnews.com, Andari Wulan Nugrahani)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *