Kekuatan Guinea Tak Bisa Dianggap Remeh, Timnas Indonesia Dapat Peringatan: Sulit Menang di Paris

TRIBUNNEWS.COM – Timnas U-23 Indonesia akan berjuang untuk lolos ke Olimpiade Paris 2024 setelah kalah dalam perebutan tempat ketiga Piala Asia U-23 2024 kemarin (5/3/2024).

Laga berjalan 120 menit, Timnas Indonesia terpaksa menerima keunggulan Irak dengan skor 2:1.

Satu-satunya gol Ivar Jenner (19′) gagal membawa Garuda Muda ke Paris.

Garuda Muda kini harus mengikuti babak play-off yang digelar pada 9 Mei 2024 di Paris.

Di babak playoff kali ini, timnas Indonesia akan bertemu wakil keempat Afrika, Guinea.

Timnas Indonesia dan Guinea saling bertarung untuk lolos ke final kualifikasi Olimpiade Paris 2024.

Pemenang babak play-off menunggu di Grup “A” Olimpiade, yang meliputi Paris (tuan rumah), AS, dan Selandia Baru.

Namun perjuangan Shin Tae-yeon untuk meraih kualifikasi Olimpiade tentunya tidak akan mudah.

Guinea memiliki kekuatan yang tak terlukiskan. Apalagi kedua tim ini sudah pernah bertemu sebelumnya.

Philippe Troussier, mantan pelatih kepala Timnas Prancis di Vietnam, mengatakan Timnas Indonesia akan menghadapi masalah.

Menurut Troussier, Timnas Indonesia tidak bisa memperlakukan Guinea seperti lawan Asia lainnya.

Selain itu, bermain di Paris bisa jadi menyulitkan Marcelino Ferdinand dan pemain lainnya.

Sulit melawan tim-tim Afrika, terutama di Paris (Clairfontaine adalah pusat pelatihan Federasi Sepak Bola Prancis di dekat Paris), kata Troussier seperti dikutip Soha.vn.

“Bisa dibilang Paris adalah rumah kedua bagi banyak pemain Afrika, mereka menunggu lawan,” ujarnya.

“Saya yakin pertandingan melawan Guinea akan sangat sulit karena sepak bola Afrika berkembang sangat cepat.”

Jauh lebih mudah lolos (Olimpiade) dari jalur Piala Asia dibandingkan babak playoff, kata Trossier seolah memperingatkan tim Indonesia.

Dari segi fisik, Guinea disebut lebih siap dibandingkan Indonesia.

Mereka sudah menunggu lawannya, sedangkan Timnas Indonesia baru bermain pada Jumat pagi (3/5/2024).

Meski sama-sama siap, Guinea punya keunggulan dibandingkan pemain Asia.

Fakta ini jelas menunjukkan bahwa wakil Asia mengalami kerugian yang besar.

Menurut Transfermarkt, Guinea memiliki lebih banyak pemain asing di skuadnya.

Bahkan banyak yang berkarier di benua biru Eropa dan memperkuat sejumlah klub elite.

Tim yang kini dilatih mantan pemain PSG Kaba Diwara sejak awal April itu memiliki 13 pemain yang bermain di Eropa.

Khususnya, Algasime Bach (Olympiacos), Selu Diallo (Deportivo Alaves), Mohamed Souma (KAA Gent), Madiu Keita (Auxerre B).

Lalu Lassana Diakhabi (Valencia) hingga Agibou Kamara (Atromitos Athens).

Memang, Algassime Bah tampil bagus untuk Olympiakos B musim ini. Striker berusia 21 tahun itu berhasil mencetak 11 gol dan 2 gol bersama tim Yunani musim ini.

Boleh dikatakan sepak bola Guinea sedang naik daun. Mereka tumbuh seperti Indonesia.

Di Piala Afrika U-23, mereka ditempatkan di grup “A” bersama Maroko, Ghana, dan Kongo. Di luar dugaan, Guinea U-23 lolos ke semifinal sebagai runner-up.

Guinea U-23 memberikan perlawanan sengit melawan Mesir U-23. Sayangnya, mereka kalah tipis 1-0 dan tak mampu mencapai final.

Dalam perebutan tempat ketiga, Guinea U-23 yang bermain imbang 0-0 dengan Mali di waktu normal akhirnya kalah 4-3 melalui adu penalti.

Dalam ranking FIFA, tim senior Guinea berada di peringkat 76 dengan total 1.324,65 poin pada April tahun lalu.

Guinea juga bertujuan untuk lolos ke Olimpiade tahun ini.

Guinea terakhir kali mengikuti turnamen sepak bola Olimpiade pada tahun 1968, dan terakhir kali Indonesia pada tahun 1956.

Guinea sebelumnya dilatih oleh Morlaye Cisse. Namun mulai April posisi tersebut akan ditempati oleh Kaba Diwara, mantan pemain PSG dan Arsenal.

“Alasan federasi mengundang saya dan staf karena kami bisa memberikan ketangguhan pada tim ini.”

“Kami akan segera mulai bekerja karena tenggat waktunya singkat. Kami hanya punya satu pertandingan, jadi sukses atau gagal,” kata Diwara seperti dikutip dari situs FIFA.

“Berkompetisi di Olimpiade adalah impian yang ingin saya wujudkan.”

“Saya mungkin pernah bermain di Liga Champions UEFA dan AFCON dan mencetak beberapa gol indah, namun Olimpiade sangat emosional,” katanya.

(Tribunnews.com/ Siti N/ Tio)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *