TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA – Pembangkit listrik dalam negeri dan energi hijau digalakkan untuk mencapai tujuan Net Zero Emission (NZE) pada tahun 2060.
Direktur Utama PLN Darmawan Prasodjo mengatakan saat ini PLN Indonesia Power telah mencapai status perusahaan mandiri di masa depan, hal ini terlihat dari cara bisnisnya dan komitmennya dalam mengembangkan energi bersih di tanah air.
“Saya melihat tantangan silih berganti dihadapi dan PLN Indonesia Power berhasil mengubah kekuatannya menjadi lebih kuat ke depannya,” kata Darmawan dalam keterangan resminya, Jumat (4/10/2024).
CEO PLN Indonesia Power Edwin Nugraha Putra mengatakan, pihaknya telah berhasil mengembangkan berbagai energi terbarukan dan alternatif energi ramah lingkungan.
Menurut dia, pembangkit listrik baru dan yang akan datang yang dikembangkan oleh PLN IP adalah Pembangkit Listrik Tenaga Air (PLTA) Jatigede 110MW, Pembangkit Listrik Tenaga Surya (PLTS) terapung 50MW di Danau Singkarak.
Kemudian Saguling 60 MW berkolaborasi dengan mitra kelas 1 dunia dan sukses memperkenalkan Kamojang Green Hydrogen Plant yang dibangun sebagai pionir ekosistem hidrogen dari atas hingga bawah SPBU Hidrogen di Senayan, Jakarta, ujarnya.
Ia mengatakan, perseroan juga berhasil menyaksikan pembangunan pembangkit listrik tenaga surya pertama dan terbesar di Indonesia.
Dalam pengembangan transisi energi, PLN Indonesia Power melaksanakan proyek Hijaunesia yang dimulai pada tahun 2023.
Bermula dari pengembangan proyek EBT di 13 lokasi di Indonesia dengan membangun 12 Pembangkit Listrik Tenaga Surya (PLTS) dan 1 Pembangkit Listrik Tenaga Angin (PLTB) dengan total 1.055 MW yang dilakukan secara kombinasi untuk mengembangkan proyek tersebut.
“Untuk mendukung upaya menghasilkan energi berkelanjutan, PLN Indonesia Power berkomitmen melaksanakan rencana penurunan emisi karbon, peningkatan efisiensi energi, dan mewujudkan energi ramah lingkungan yang berkelanjutan di masa depan,” ujarnya.