Laporan oleh reporter Forum News Mario Christian Sumampow
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA – Semoga kedatangan Paus Fransiskus ke Indonesia lebih dari sekedar perayaan singkat.
Lebih jauh lagi, pemimpin Gereja Katolik sedunia ini meninggalkan kesan yang mengesankan melalui pidato dan homilinya selama perjalanan kerasulannya pulang.
“Dalam kunjungan ini, Paus Fransiskus berhasil menyampaikan pesan dialog dan saling menghormati,” kata Christina Clarissa, peneliti hukum Pusat Penelitian Kebijakan Publik Institut Indonesia (TII), dalam pernyataannya adalah kunci hidup berdampingan secara damai. (9 Agustus 2024).
Cristina melanjutkan, pesan-pesan tersebut ditegaskan tidak hanya melalui pidato, tetapi juga melalui pertemuan dan dialog yang dilakukan para pemuka agama di Masjid Istiqlal.
Dalam pidatonya saat berkunjung ke Masjid Istiqlal, Paus menyampaikan pandangannya bahwa tempat ibadah, selain untuk mencari kehadiran Tuhan, juga menjadi ruang berdialog dengan saling menghormati dan hidup berdampingan secara damai.
Belakangan, dalam pidatonya di Istana Negara, Paus menekankan penolakan terhadap ekstremisme dan intoleransi yang mencari kekerasan atas nama agama.
Ekstremisme dan intoleransi berdampak langsung pada konflik antar sinagoga.
“Paus Fransiskus memberikan pelajaran berharga selama kunjungannya ke Indonesia, termasuk pesan tentang pentingnya inklusi dan perlindungan alam,” kata Christian.
“Oleh karena itu, kunjungan Paus Fransiskus jangan dilihat hanya sekedar perayaan singkat,” tutupnya.
Pada Jumat (9 Juni 2024), Paus meninggalkan Jakarta menuju Papua Nugini.
Setelah menyelesaikan rangkaian kunjungan apostolik ke Indonesia, Paus Fransiskus akan melanjutkan kunjungannya ke Papua Nugini, Timor Timur, dan Singapura.