Kecurigaan Komisi III DPR Terkait Kasus 7 Mayat di Kali Bekasi Hingga Minta Polisi Transparan

TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA – Sejumlah anggota Komisi DPR RI pada Selasa (24/9/2024) mendatangi lokasi ditemukannya jenazah 7 remaja di Sungai Bekasi di Jatiashi, Jawa Barat.

Pantauan Tribunnews.com di lapangan, tim Komisi III DPR RI tiba dengan menggunakan bus dan kendaraan roda empat pada pukul 10.53 WIB.

Kedatangan para pejabat Komisi III itu disambut hujan yang cukup deras.

Kunjungan ke tempat ini dihadiri oleh beberapa pejabat, antara lain Wakil Ketua Komisi III DPR R.I. Habiburokhman.

Selain itu, turut hadir pula anggota Komisi III DPR lainnya seperti Arteria Dahlan, Nazaruddin Dek Gam, Habib Aboe Bakar Al Habsyi, Heru Widodo, dan I Wayan Sudirta.

“Kami turut prihatin dan sedih sekali atas meninggalnya 7 saudara kami. Hari ini kami Komisi III DPR dalam rangka kunjungan khusus Pak Kapolri, iya intinya kami hadir, kami ingin mengetahui lebih banyak tentang kejadian sebenarnya,” kata Habiburokhman. Katanya di komplek perumahan Pondok Gede. Permai, Jatiasi,Bekasi. Tanyakan kepada polisi yang transparan

Komisi III DPR RI meminta polisi transparan dalam menangani kasus tewasnya tujuh orang di Sungai Bekasi, Jatiashi, Kota Bekasi, Jawa Barat.

Hal itu diungkapkan Wakil Ketua Komisi III DPR R.I. Habiburokhman.

“Pada dasarnya kami ingin tahu lebih banyak apa yang sebenarnya terjadi di sini, kami ingin semuanya transparan dan bisa mengecek latar belakang dan apa yang terjadi,” kata Habiburokhman.

Habiburokhman berharap tidak ada isu dan tudingan yang tidak berdasar, hingga kasus ini tidak dibuka ke publik. Tujuh jenazah ditemukan di Kali Bekasi, belakang Masjid Al Ikhlas, kompleks perumahan Pondok Gede Permai RT. 004/RW.008, Kelurahan Jatirasa, Kecamatan Jatiashi, Kota Bekasi, Minggu (22/09/2024). (Tribunnews.com/Reynas)

“Bagaimana situasi di sini agar tidak ada asumsi dan tuduhan yang tidak tepat.

Selain Habiburokhman, turut hadir juga anggota Komisi III DPR Arteria Dahlan, Nazaruddin Dek Gam, Habib Aboe Bakar Al Habsyi, Heru Widodo, dan I Wayan Sudirta. Suara ledakan

Polisi mengatakan ledakan terdengar sebelum tim Patroli Perintis Presisi mendekati kedai kopi di Jalan Satopat, Bojong Menteng, Rawalumbu, Bekasi.

Diketahui, tempat tersebut merupakan tempat berkumpulnya puluhan orang sebelum meninggal dunia setelah 7 orang dibuang ke sungai.

Jadi yang ada hanya suara ledakan, ketika saya dengar, kami tidak tahu ledakannya apa, kata Kapolsek Rawalumbu Kompol Sukadi, Selasa (24/9/2024).

Namun Sukadi belum bisa memastikan apakah suara ledakan tersebut berasal dari senjata yang terdengar saat para pemuda yang berkumpul sedang bubar.

“Sampai saat ini saya belum tahu (soal tembakan), hanya saksi yang mengatakan ada ledakan, yang kemarin kami tangkap.”

Sukadi mengatakan, para pemuda melarikan diri karena takut dengan suara ledakan.

“Tapi ledakannya tidak ditujukan ke orang, hanya ledakan saja, dan akhirnya masyarakat dan anak-anak merasa takut,” ujarnya.

Sebelumnya diberitakan, tujuh jenazah remaja laki-laki ditemukan mengambang di Sungai Bekasi pada Minggu (22/09/2024). 

Kondisi ketujuh jenazah tersebut mengalami pembengkakan pada bagian wajah.

Ketujuh jenazah tersebut dibawa ke RS Polri Kucing Kramat untuk diidentifikasi. 

Diduga kuat para korban nekat melompat karena takut ditembak petugas patroli polisi.

Menurut Kapolda Metro Jaya Irjen Karyoto, tujuh remaja ditemukan tewas di Kali Bekasi di Bekasi setelah berusaha melarikan diri dari tim patroli polisi.

Menurut dia, pihaknya Propam Polri dan Kompolnas ikut mengusut kasus ini.

“Dapat disimpulkan mereka menceburkan diri ke sungai karena takut. Takut ada patroli yang lewat atau ada yang memperingatkan. Saat ini kami sedang mendalami sejauh mana peringatan Propam ini,” kata Karyoto.

Karyoto menerangkan, tim patroli polisi berada di sana untuk berupaya mencegah terjadinya baku hantam pada dini hari.

Belakangan, petugas patroli menemukan sekelompok remaja berkumpul di lokasi kejadian.

Menurut Karioto, informasi awal, rombongan remaja yang berkumpul itu ingin merayakan ulang tahunnya.

Menurut dia, polisi masih menyelidiki informasi tersebut.

Informasinya bilang itu hari ulang tahun, kue ulang tahunnya di mana, tempatnya di mana? Di sini tidak bisa ulang tahun, kata Karyoto.

Ditegaskannya, kelompoknya juga menginterogasi sekelompok remaja yang hadir pada pukul 03.00 dini hari.

“Harus ditanyakan kenapa adik-adik kita ada di sini pada pukul 03.00 WIB,” ujarnya.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *