TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA – Ekonom Senior UOB Indonesia Enrico Tanuwijaja mengingatkan, di tengah kondisi perekonomian global yang buruk, menjaga kecukupan pangan dan energi merupakan hal terpenting bagi pemerintah dan harus dilakukan.
“Banyak tantangan yang akan kita hadapi ke depan. Pada tahun 2045, kita akan menghadapi tantangan penurunan usia kerja dan pensiun,” ujarnya dalam acara UOB Media Editors Circle, “Mengangkat UKM Indonesia melalui Konektivitas dan Digitalisasi Regional,” UOB Plaza, Jakarta, Senin 12 Agustus 2024
“Olahraga plastik harus kita lestarikan dan kita punya bahan bakunya. Begitu pula ekspor produk furnitur harus dilestarikan dan dipromosikan,” kata Enrico.
Sedangkan menurut Enrico, produk dalam negeri lainnya seperti kendaraan bermotor, minuman, produk cetakan, serta produk logam dan kertas nonmineral untuk saat ini relatif aman karena permintaan yang masih kuat.
“Produk seperti logam, kulit, pakaian, komputer, serta mesin dan peralatan optik akan menjadi PR. Komponen impor produk tersebut masih tinggi,” kenang Enrico. Pemerintah perlu melakukan ekspansi fiskal
Enrico juga mengingatkan pemerintahan baru yang terbentuk hasil pemilu presiden agar menambah anggaran.
“Anggaran memegang peranan yang sangat penting, banyak sektor usaha yang berusaha untuk pulih. Kami ingin pemerintah melakukan ekspansi fiskal yang lebih luas, 3 persen bagus untuk mengelola defisit,” jelas ekonom senior UOB Indonesia Enrico Tanuwijaja.
Ia percaya bahwa leverage/pinjaman pemerintah, seperti dari pasar modal, masih diperlukan seiring dengan pertumbuhan ekonomi kita di masa depan.
Ia mengatakan, stok utang Indonesia saat ini masih berada pada angka 39,9 persen terhadap PDB, dan level tersebut masih aman. “Namun ekspansi anggaran sebaiknya dinaikkan di atas 5 persen,” tegasnya.
Ia juga menyarankan pemerintah untuk memonetisasi aset yang ada seperti infrastruktur, yang menurutnya diperlukan, terutama karena Indonesia saat ini menghadapi tingginya biaya transisi ke energi ramah lingkungan.
Ia juga menegaskan, dari segi geografis, posisi Indonesia paling strategis dibandingkan negara ASEAN lainnya. Juga kekuatan ekonominya.
Ia mengatakan digitalisasi merupakan alat yang ampuh untuk mempercepat ekspansi. Salah satu faktornya adalah konsumsi Indonesia yang sangat tinggi.
“Milenial di Indonesia biasanya berpenghasilan tinggi, belum kaya. Konsumsi utama mereka adalah kosmetik. Hasil survei menunjukkan dana pinjaman online terutama digunakan untuk membeli kosmetik agar mereka bersinar.” Surplus perdagangan kesehatan reproduksi
Mardyana Listyowati, Plt. Direktur Jenderal Pengembangan Ekspor Nasional Kementerian Perdagangan mengatakan neraca perdagangan Indonesia sudah surplus. “Target kami surplus lebih dari US$36 miliar,” ujarnya.
Dikatakan nilai ekspor nonmigas tumbuh sebesar 15,7 persen setiap tahun antara tahun 2019 dan 2023.
Ia mengaku senang banyak pengusaha Indonesia yang memanfaatkan peluang pasar luar negeri untuk mendukung ekspansi bisnis. Termasuk di dalamnya adalah para pengusaha di bidang perdagangan eceran, pembukaan jaringan minimarket dan kafe.
Untuk mini market telah merambah ke pasar ASEAN seperti Filipina, Malaysia, dan Thailand.
Sementara itu, perusahaan kedai kopi, meski masih belum sebesar Starbucks, sudah berekspansi di beberapa negara, termasuk Jepang.
“Juga banyak pengusaha restoran Indonesia yang kini membuka usaha restoran di Australia. Mereka kami bantu, misalnya untuk memenuhi kebutuhan bahan baku restorannya, kami upayakan untuk memenuhi pemasok di Indonesia,” jelas Mardiana.