Kecewa Alasan Penutupan Pabrik di Purwakarta, Kemenperin Ungkap Strategi Sepatu Bata Selanjutnya

Laporan reporter Tribunnews.com, Lita Febriani

TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA – Kementerian Perindustrian menggelar pertemuan dengan manajemen PT Shoes Bata Tbk. Dalam pertemuan tersebut dibahas penutupan Pabrik Sepatu Bata di Purvakarta.

Dari pertemuan tersebut, keputusan penutupan suatu produk atau produk oleh manajemen Bata Shoes berkaitan dengan strategi bisnis memikirkan kembali merek (tokonya).

Keputusan ini merupakan langkah perseroan menghadapi persaingan di industri sepatu dalam negeri.

“Agar efisien dan memperhatikan tren pasar yang cepat dan beragam, PT Shoes Bata Tbk fokus mengembangkan produk dan strategi yang sesuai dengan kebutuhan pasar,” kata direksi perseroan. Industri tekstil, kulit dan alas kaki. (ITKAK) Adi Rochmanto Pandiangan, Rabu (8/5/2024).

Menurut Kementerian Perindustrian, langkah yang dilakukan PT Shoes Bata Tbk tidak tepat, sebab saat ini situasi industri alas kaki nasional masih berlanjut dengan kebijakan pengendalian impor produk, penjaminan peralatan jadi (berulir).

PT Shoes Bata Tbk mengatakan, pabrik Purvakarta hanya sebagian kecil dari bisnis perseroan dan dari segi produksi masih kecil dibandingkan produsen sepatu lainnya.

Makanya sebaiknya kantor pendahulunya ditutup menurut manajemen.

Perseroan menilai fokus pada bisnis ritel perlu dilakukan untuk menghidupkan kembali aktivitas bisnis dan penjualan yang menurun dalam beberapa tahun terakhir.

Adie mengatakan, PT Shoes Bata Tbk menjamin produk yang dijual dalam rencana bisnis ini akan dijual dari pabrikan lokal yang bekerja sama, seperti PT Selamat Ide Jaya dan Home Six Jobs.

Rencana restrukturisasi tersebut diharapkan dapat mendongkrak penjualan dan meningkatkan produksi di tujuh pabrik.

Dengan rencana tersebut, jumlah sepatu produksi dalam negeri yang dijual PT Shoes Bata Tbk akan tetap sama dan bertambah meski pabriknya tutup.

Selain itu, Berakhirnya Masa Pelayanan (PHK) yang berdampak pada pekerja usia produktif yang dipindahkan ke pabrik sepatu lain di sekitar pendahulunya.

Oleh karena itu, Kemenperin berharap suatu saat nanti, ketika situasi industri sudah membaik, perusahaan bisa membuka pabriknya di Indonesia dan memiliki daya dukung.

Menurut Adie, alasan PT Shoe Bata Tbk menutup pabriknya di Purwakarta karena produksi yang buruk dan produk yang tidak memenuhi kebutuhan pelanggan sehingga ia memilih lebih fokus pada lini bisnisnya.

“Data yang ada, sebelum penutupan pabrik sepatu Bata, pekerjanya hanya 233 orang dan kapasitas produksi hanya 30 persen. Di sisi lain, perseroan juga mengalami pengurangan produksi dari awal 3,5 juta pasang. untuk tahun 2018, berkurang menjadi 1″,15 juta pasang pada tahun 2023. Akibatnya PT Shoes Bata Tbk setiap tahunnya mengalami peningkatan beban, nilai aset terus menurun, ekuitas menurun, dan utang terus bertambah,” kata Adi.

Kepala ITKAK dan Kementerian Perindustrian juga mengungkapkan, penjualan Bata melalui toko sendiri mengalami peningkatan dalam dua tahun terakhir.

Merek-merek yang didukung PT Shoes Bata Tbk seperti North Star, Power, Marie Claire, Bubblegummers dan Weinbrenner masih tetap bertahan di hati konsumen dan memiliki minat yang baik di mata konsumen, kata manajemen.

“Kami melihat inisiatif ini penting bagi perusahaan sebagai merek sepatu global besar yang fokus pada pengembangan produk dan merek,” jelas Addy.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *