TRIBUNNEWS.COM – Satuan Kerja Khusus Pelaksana Kegiatan Usaha Hulu Minyak dan Gas Bumi (SKK Migas) mengimbau produsen gas bumi atau kontraktor koperasi (KKKS) tidak menunda proyek yang akan dilaksanakan.
Memang potensi kebutuhan gas alam dalam negeri cukup besar. Selain itu, pemerintah juga terus mendorong pembangunan infrastruktur untuk memastikan pasokan gas bumi yang ada terdistribusi dengan baik.
Rayendra Siddique, Kepala Pemasaran Migas SKK Migas, mengatakan saat ini ada pembicaraan mengenai pipa gas Indonesia dari Aceh hingga ujung Jawa yang sebagian sudah dalam tahap pembangunan.
Namun ada beberapa ruas yang tidak tersambung, yakni ruas pipa gas Cisem 2, Dumai-Sei Mangke, dan Natuna-Pulau Batam, kata Rayendra dalam Forum Gas Bumi 2024 di Bandung, Kamis (19/6/2024). .
Rayendra mengatakan kebutuhan gas alam paling besar ada di Pulau Jawa. Namun produksi gas bumi nasional tidak hanya berada di Pulau Jawa saja. Oleh karena itu, merupakan sebuah tantangan untuk menyalurkan gas alam ke pusat-pusat permintaan yang ada.
Kebutuhan pupuk terbesar di Jawa Barat, Pupuk Kujang di Cikampek, listrik PLTGU Jawa I dan sektor industri, ujarnya.
Menurut Rayendra, kebutuhan gas di Jabar tidak hanya dipenuhi dari Jabar, tapi juga dari luar, khususnya dari Sumatera. Selain disuplai dari luar, terutama gas alam cair (LNG) yang digunakan PLN, sebagian lainnya disuplai melalui pipa gas milik PT Pertamina Gas Negara Tbk.
“Tapi masih ada kebutuhan yang belum terpenuhi. Oleh karena itu, ada peluang gas dari Jatim bisa pindah ke Jabar,” ujarnya.
Gas ini selanjutnya akan disalurkan melalui pipa gas Cirebon-Semarang (Cisem). Saat ini, jaringan pipa eksisting Pulau Kangean, Gresik-Semarang, dan Cisem Tahap I sedang dalam tahap pembangunan. Sementara itu, pembangunan Cisem II tahap II diharapkan dapat dimulai tahun ini dan dapat dioperasikan hingga akhir tahun 2025.
Rayendra mengatakan, gas bumi yang akan dikirim ke Jabar dihasilkan dari Jatim yang belum dimanfaatkan secara maksimal. Bahkan, untuk rencana jangka panjang, KKKS sedang mengerjakan beberapa proyek untuk memenuhi kebutuhan gas bumi baik di Jawa Timur maupun Jawa Barat.
“Produsen gas di Jawa Timur dan Jawa Tengah, apapun produksinya, pasar siap merespon. “Dengan pipa gas yang ada, gas bisa disalurkan ke Jawa Barat,” ujarnya.
Rayendra menambahkan, jika kebutuhan gas Jabar terpenuhi, maka pasokan gas ke Sumatera bisa berkurang. Gas ini bisa dialirkan ke Batam yang permintaannya tinggi. “Pesan kami kepada produsen gas, permintaan sangat terbuka. Jangan menunggu lama lagi. Untuk produksi sebanyak-banyaknya, kami sudah menyiapkan ‘jalur fiskal’, ujarnya.
Sementara itu, Laode Suleman, Direktur Perencanaan dan Pengembangan Infrastruktur Migas Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral, mengatakan meski banyak upaya yang dilakukan untuk mendorong penggunaan energi baru terbarukan, namun diperlukan upaya lebih. Hal ini terlihat pada bauran energi nasional, dimana gas bumi memegang peranan penting sebagai energi transisi. “Jadi gas alam masih dibutuhkan di masa depan,” ujarnya.
Seiring dengan itu, kata Laode, pemerintah sedang mempertimbangkan untuk menghubungkan pipa gas dari Aceh ke Jawa Timur, sehingga gas bisa disuplai dan didistribusikan dari sana. “Jadi kalau blok besar seperti Andaman sudah berproduksi, maka gasnya bisa didistribusikan ke Pulau Jawa,” ujarnya.