Kata Pemkot Solo soal Aplikasi Simontok Dianggap Vulgar: Biar Menarik dan Mudah Diingat

TRIBUNNEWS.COM – Beberapa program yang digagas kabupaten/kota menjadi pemberitaan karena namanya dianggap aneh hingga tidak senonoh.

Salah satunya adalah program SIMONTOK Sistem Pemantauan Stok dan Kebutuhan Sembako yang dirilis Pemerintah Kota Solo (PEMCOT).

Permohonan tersebut berasal dari Dinas Pertanian, Keamanan Pangan dan Peternakan (Dispangton) Solo.

Ketua Dispungton Kota Solo Eko Nugroho Isbandijerso menjelaskan, pihaknya mempersingkat permohonan menjadi “Simontok”.

Dikutip Kompas.com, Eko menjelaskan, singkatan tersebut diberikan hanya agar lebih menarik dan mudah diingat bagi yang menggunakannya.

Ia menegaskan, partai tidak ada niat untuk bersikap kasar saat permohonan disingkat menjadi Simontok.

“Kami tidak ada ide yang jorok, tidak juga. Penambahan akronim itu menarik dan lebih mudah diingat,” ujarnya, Kamis (11/7/2024).

Namun, Ako mengatakan Sekretaris Daerah (Sekada) Kota Solo Budi Martono menegur pihak tersebut setelah shortcut aplikasi Simontok menjadi perhatian publik.

Sebenarnya masalahnya sekarang, kemarin Sekda WA minta saya ganti nama sendiri.

Katanya, “Maaf (berkata) Tidak perlu ganti nama, kami tidak pakai jalan pintas.”

Lebih lanjut, Ako menjelaskan, aplikasi tersebut digunakan untuk memudahkan pengiriman makanan dan pemantauan ketersediaan makanan di Solo.

Jadi penerapannya mencakup 18 sumber daya (pangan) yang masuk sendiri. Lalu dikonsumsi berapa. Nah dari situ kita bisa melihat hubungan antara ketersediaan dan permintaan pangan, ujarnya.

“Juga kita bisa melihat kapan pasokannya banyak, kapan pasokannya sedikit, di bulan mana ada kenaikan, dan di bulan mana ada penurunan. Jadi kita bisa lihat di bulan mana SOLO sendiri kemungkinan besar akan terjadi,” lanjut Eko.

Ako juga mengungkapkan, aplikasi Simontok hanya bisa dijalankan oleh pedagang makanan dan pemimpin pasar di Solo.

Sementara itu, masyarakat hanya menggunakan aplikasi tersebut untuk melihat stok kebutuhan pangan di Solo. Daftar aplikasi pemerintah bernama Nileneh

Tidak hanya aplikasi Symontok, ada juga aplikasi pemerintah lainnya yang mungkin dianggap kasar dan aneh oleh sebagian orang.

Berdasarkan penelusuran TribuneNews.com, berikut 11 petisi pemerintah dengan nama aneh dan tidak senonoh, antara lain:

1. SiPEPEK (Sistem Pelayanan Program Pengentasan Kemiskinan dan Jaminan Kesehatan) milik Pemerintah Kota Cirebon.

2. Sithole (Sistem Informasi Nasihat Hukum Online Pengadilan Negeri Semarang) yang dimiliki oleh Pengadilan Negeri Semarang.

3. SISKA KU INTIP (Sistem Sapi Sawit Terpadu Berbasis Kemitraan Dagang Utama Ternak) milik Pemerintah Provinsi Kalimantan Selatan.

4. Sisamok (Sistem Informasi Organisasi Masyarakat), milik Pemerintah Provinsi Pemalang.

5. SICANTIK (Sistem Informasi Absensi dan Kinerja) dibawah Pemerintahan Negara Bagian Bogor.

6. Siganteng (Sistem Telekomunikasi Jawa Tengah) milik Pemerintah Provinsi Jawa Tengah.

7. SIPEDO (Sistem Pembelajaran Berbasis Database Online) milik Pemerintah Provinsi Sumedang.

8. Mas Dedi Zahet Jantan (program masyarakat untuk peduli terhadap tenaga kerja rentan) milik Pemerintah Kota Tegal dan BPJS Ketenagakerjaan.

9. I-Pubars Petani (singkatannya tidak diketahui), milik Pemerintah Kabupaten Demak.

10. Jebol atau Mas (singkatan tidak diketahui), milik Puskesmas Anggut Atas, Bengkulu.

(Tribunnews.com/Yohanes Liestyo Poerwoto)(Kompas.com/Labib Zamani)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *