TRIBUNNEWS.COM – Pembunuhan Vina kembali mengemuka setelah kisahnya diangkat menjadi film.
Sejak pembunuhan pada tahun 2016, tiga pembunuh masih buron.
Popularitas kasus Weiner memberikan harapan bahwa pembunuhan lainnya akan terungkap.
Salah satunya adalah pembunuhan mahasiswa Universitas Esa Unggul Tri Ari Yani Puspo Arum pada tahun 2018.
Ayah korban, Qasim Effendi mengaku kecewa karena pembunuhan anaknya belum terpecahkan.
Ia mengaku mendatangi Polsek Kebon Jeruk, Jakarta Barat, untuk menanyakan perkembangan penyelidikan pembunuhan Arum.
Namun, kali ini dia tidak mendapatkan jawaban yang meyakinkan.
Sejauh ini belum ada kabar dari polsek, saya pergi ke polsek untuk menemui pak. Toulouse tahun lalu pada 2021 dan menyatakan tidak ada kemajuan, kata Qasim saat diwawancarai wartawan, Senin (20/5). /2024)
Hingga saat ini, ia masih berharap polisi bisa mengungkap kejadian yang menimpa putrinya.
Di sisi lain, Anggota Komisi Kepolisian Nasional (Kompolnas) Poengky Indarti juga mempertanyakan kinerja polisi, dalam hal ini Polda Metro Jaya, karena gagal menangkap pelaku pembunuhan Arum.
Tak lama kemudian, Poengky bersedia menulis surat untuk Polda Metro Jaya.
Kompolnas akan mengirimkan surat penjelasan ke Polda Metro Jaya untuk menanyakan sejauh mana upaya pengusutan kasus tersebut, kata anggota Kompolnas Poengky Indarti, Senin (20/5).
Poengky mengatakan, dalam kasus tindak pidana yang dilaporkan ke polisi, polisi bertanggung jawab untuk menindaklanjuti penyidikan dan penyidikan hingga pelaku ditemukan dan ditangani sesuai hukum.
Terkadang proses pemeriksaan sidik jari berjalan baik karena dapat ditemukan saksi dan bukti.
Namun terkadang proses penyidikan sidik jari menemui kendala karena sulitnya mencari alat bukti dan minimnya saksi. Dalam kasus ini termasuk kasus pembunuhan yang melibatkan korban meninggal dunia Tri Ari Yani Puspo Arum, jelas Poengky.
Meski begitu, penyidik masih bekerja keras untuk terus mengusut kasus tersebut. “Sebagai sarana akuntabilitas dan transparansi, kemajuan harus dicapai dalam keterbukaan dan komunikasi informasi secara teratur kepada keluarga korban,” ujarnya.
Poengky mengatakan, dalam pemberitaan media yang memuat keterangan polisi, Kompolnas melihat penyidik didukung Reserse Kriminal Ilmiah dalam pemeriksaan sidik jari, termasuk melakukan otopsi dan tes DNA.
Karena tidak ada database kejahatan DNA di Indonesia, sulit bagi peneliti untuk menemukan DNA sebagai bahan pembanding.
Untuk itu Kompolnas memberikan perintah yang jelas kepada polisi untuk membuat database DNA untuk memudahkan pengambilan sidik jari polisi, ujarnya.
Dalam kasus ini, Kompolnas akan menanyakan kepada penyidik, upaya apa saja yang didukung oleh Reserse Kriminal Ilmiah untuk menemukan pelakunya.
“Kami meyakini tidak ada kejahatan yang sempurna, oleh karena itu kami berharap penyidik dapat bekerja keras melakukan penelitian ilmiah untuk menemukan tersangka secepatnya agar kasus ini tidak bertahan lama tanpa terselesaikan,” tegasnya.
Penkey mengungkapkan rasa frustrasinya atas kegagalan polisi dalam memberikan laporan kemajuan. Dia mengatakan, pergantian penyidik seharusnya tidak menjadi masalah karena sudah ada laporan perkembangan kasusnya dan sebaiknya kasus tersebut dilimpahkan sebelum ada orang lain yang dilantik.
“Sejak tahun 2017, kasus ini setiap tahun semakin terkenal, seperti kasus Aksena yang sudah populer sebelumnya. Namun penyidik mengalami kesulitan. penyidik menghadapi kesulitan. Kepala penyidik (Washington) Siddique) harus mengevaluasi cara penyidik menangani kasus tersebut dan memberikan masukan terhadap perkembangan kasus tersebut,” ujarnya.
Pria misterius
Saat itu, Sri Ratna (53) yang merupakan ibu dari almarhum Tri Aryani Puspo Arum (23) menceritakan, anak bungsunya bercerita bahwa rumah yang ia tinggali telah diawasi oleh pria misterius.
“Arum pernah bercerita kepada saya bahwa di rumah lamanya, dia memergoki seorang pria di dekat sepeda motor. “Saat Arum keluar, dia panik dan lari,” kata Ratner dari RSCM.
Ayah korban, Hasyim Efendi membenarkan, pria tersebut memang diduga menukarkan kunci sepeda motor Arum untuk dipakai.
“Iya mas, jadi dia jual motor Beat bekas anak saya. Saat saya bawa ke bengkel, tidak ada apa-apa dari pabrikannya,” kata Hasim.
Berdasarkan hal tersebut, Arum memutuskan pindah ke apartemen baru.
Rumah kos lama Arum tak jauh dari rumah barunya, terletak di Jalan H Asmat Ujung, kawasan perumahan Kebon Jeruk Baru, Jakarta Barat.
Sebelumnya, Arum tinggal di sebuah rumah tua bersama temannya.
Untuk saat ini, di tempat barunya, Arum tinggal sendirian.
Kali ini dia sendirian. Tadi ada kabar ada pria lain yang datang ke kediaman Arum tadi malam, kata Hasim.
Setelah jenazah Tri dibawa dari RSCM, dibawa ke rumah duka di kawasan Kramat Jati, Jakarta Timur.
Tri Aryani Puspo Arum ditemukan tewas dalam genangan darah di rumahnya di kawasan Kebon Jeruk, Jakarta Barat sekitar pukul 09.00 hari ini.
Jenazah Terry ditemukan oleh pacarnya, Zainal Abedin.
Tri dilarikan ke RS Siloam oleh Zainal namun tidak ada tindakan yang bisa menyelamatkan nyawanya.
Tri ditikam di bagian leher. Terjadi kericuhan sebelum Tri ditemukan tewas.
Suara kekacauan terdengar setengah jam sebelum Terry ditemukan tewas.
Kamar Tri ada di lantai dua. akhirnya. Pagi itu, pondok itu sepi.
Penghuni kos lainnya masih tertidur.
Salah satunya, warga Nigeria bernama Ezeugwu Clivert (31), tertidur lelap.
Kamarnya bersebelahan dengan kamar korban. Dia terbangun karena putrinya memanggilnya.
Saat itulah, sekitar pukul 07.17 WIB, Klivit mendengar dua suara di kamar korban.
“Satu suara keras, yang lainnya sangat pelan,” kata Krivit kepada wartawan di kantor polisi Kobanjaruk.
Katanya, kemarahan itu seperti dua orang yang sedang bertengkar. Itu berakhir dengan desahan.
Clevey berspekulasi bahwa kedua suara tersebut terdengar feminin.
“Tetapi saya tidak yakin karena saya sudah bangun,” kata Cleave.
Usai keributan, Hernita Amalia (21) mendatangi kamar korban sekitar pukul 08.00 waktu Wisconsin.
Hernita bekerja bersama korban di perusahaan pendingin ruangan (AC). Rumah tersebut letaknya tak jauh dari kediaman korban.
Hingga pukul 07.00 WIB, Hernita masih melakukan kontak dengan korban. Tanyakan apakah mereka pergi bekerja bersama.
Saat itu korban mengatakan ingin berangkat bersama Henita.
Karena tak kunjung membalas pesan tersebut, Henita memilih mengikutinya hingga ke kamar tempat mereka tidur.
Di saat yang sama, kekasih korban, Zainal Abidin, juga terus menelpon korban, namun tidak ada yang menjawab.
Karena itulah Zanar menghubungi Henita dan memintanya untuk menyelidikinya. Itu sebabnya Henita pergi menemui rekan kerjanya.
Clevit menjelaskan kedatangan Henita, mengetuk pintu kamar, membuka pintu kamar, dan pergi sambil sibuk menelepon.
Klivit mengaku melihatnya saat sedang melihat ke luar jendela kamarnya.
Belakangan, putri korban Zainal Abidin dan beberapa rekannya datang dengan menggunakan mobil.
Kamar Clewitt digerebek dan dia diminta membantu mengeluarkan jenazah korban.
Setelah itu, korban dibawa ke RS Silowa.
Artikel ini telah tayang di WartaKotalive.com dengan judul: Pembunuhan mahasiswa Unesa Puspo Arum yang belum terpecahkan membuat keluarga kecewa selama hampir tujuh tahun.