Kasus Penipuan Sekolah Doktoral ke Filipina Akan Naik ke Penyidikan Jika Terlapor Tidak Kooperatif

TRIBUNNEWS.COM, BEKASI – Polres Bekasi Kota mengalihkan panggilan ke BTS, dilaporkan kasus dugaan penipuan di sekolah doktoral di Filipina.

BTS tidak hadir pada ujian pada Selasa (23 April 2024).

Kasat Reskrim Metropolitan Bekasi, AKBP Muhammad Firdaus, mengatakan polisi akan mengeluarkan surat panggilan baru.

“Belum ada kepastian alasannya (tidak ikut serta), penyidik ​​akan melakukan panggilan lagi kepada terlapor pada Jumat (26 April 2024),” kata Firdaus.

Secara prosedur, kasus dugaan penipuan ini masih dalam tahap penyidikan dan akan terus berlanjut meski terlapor tidak kooperatif.

“Nanti kita lihat proses penyidikannya. Kalau tidak kooperatif, kasusnya juga akan kita tingkatkan ke penyidikan,” tegasnya.

BTC dilaporkan ke Polres Bekasi Kota oleh korban bernama Aloysius Bernanda Gunawan, nomor laporan LP/B/IV/2024/SPKT/Polres Metro Kota Bekasi, Senin (08/04/2024) lalu.

Ia diduga menipu program doktoral di Philippine Women’s University (PWU) yang menawarkan biaya kuliah sebesar Rp 30 juta untuk setiap mahasiswanya.

Telah dilaporkan sekitar 207 korban, namun hingga saat ini belum jelas kapan perkuliahan akan dimulai meski mereka sudah membayar biaya sekolah.

Firdaus menambahkan, selain memanggil para terlapor, penyidik ​​Polres Metro Bekasi juga memeriksa empat orang saksi.

Nantinya penyidik ​​juga akan melakukan penyidikan terhadap PUC sehingga bisa kita lakukan penyidikan, tegasnya. Kisah korban

Aloysius Bernanda Gunawan mengatakan, kasus tersebut bermula saat dirinya hendak mencari informasi mengenai program doktor secara online.

“Saya dapat iklan di media sosial (medsos) mungkin karena sedang mencari informasi tentang PhD, itu bulan November 2023,” kata Aloysius, Selasa (16/04/2024).

Dari informasi iklan tersebut, ia kemudian menghubungkan nomor WhatsApp yang tersedia dan meminta program doktor.

“Saya menghubungi nomor tersebut dan kemudian saya ditambahkan ke grup WhatsApp,” ujarnya.

Program doktor juga menawarkan seminar internasional yang diadakan di sebuah hotel di Kota Bekasi, dan mengundang pembicara dari kampus Philippine Women University (PWU).

Dalam kegiatan seminar tersebut pihak penyelenggara sekolah S3 menghadirkan alumni lulusan program yang sama.

“Selain seminar, ada juga presentasi ijazah. Saya juga cek apakah ijazahnya setara atau tidak, tapi ternyata setara,” kata Alojzius.

Setelah mengikuti semua proses tersebut, Aloysius semakin percaya diri dan bertekad dalam memilih program doktor yang dipimpin oleh pria berinisial BTC.

Pada tahap ini, pada bulan Desember 2023, biaya kuliah akan mulai dibebankan kepada calon mahasiswa PhD.

“Desember saya minta 54 orang, tapi akhir Januari ketika diperpanjang menjadi 207 orang (mahasiswa),” jelasnya.

Biaya kuliah yang ditawarkan sebesar Rp 30 juta, Aloysius akan membayar dua kali pada 14 dan 18 Desember 2023.

“Dia menjanjikan beasiswa sebagian atas namanya jadi hanya membayar Rp30 juta, biasanya dia bilang Rp60 juta, sedangkan kalau kita lihat di website PWU sekitar 86-90 juta,” jelasnya.

Hingga Maret 2024, belum jelas kapan perkuliahan akan dimulai sehingga korban mencoba bertanya kepada terduga pelaku.

“Akhirnya kami semakin yakin ada yang tidak beres karena katanya tidak mendaftar lalu uangnya hilang, sehingga akhirnya kami buat laporan,” ujarnya.

Artikel ini telah tayang di TribunJakarta.com dengan judul Dilaporkan kasus dugaan penipuan sekolah Ph.D. di Filipina menentang panggilan polisi

SAYA

Penipuan di Jaksel dan Bekasi: Dokter kehilangan korban Rp 5 Miliar, 207 orang tertipu program dokter

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *