Kasus Bunuh Diri Meningkat, Kemenkes Soroti Pengaruh Penggunaan Media Sosial

Wartawan TribuneNews24.com, Rina Ayur melaporkan

Tribunenews.com, Jakarta — Bunuh diri semakin sering terjadi.

Situasi ini menjadi sorotan Kementerian Kesehatan (Kmenkes RI).

Direktur Kesehatan Jiwa Kemenkes, Imran Pambudi mengungkap kemungkinan penyebabnya.

Menurutnya, informasi yang berbeda di media sosial yang berbeda dapat menyebabkan gangguan jiwa.

Di media sosial, banyak orang yang tidak bisa membedakan mana yang benar atau tidak.

Sering membandingkan dirinya dengan kesejahteraan orang lain.

Kemudian, muncul perasaan cemas yang luar biasa, keputusasaan terhadap hidup, bahkan khayalan.

Ujarnya saat ditemui di Jakarta, Jumat (10/11/2024).

Meski belum ada statistik akurat mengenai bunuh diri karena penyakit mental, banyak kasus yang menunjukkan bahwa kesehatan mental di Indonesia masih mendapat stigma di masyarakat.

Kebanyakan penderita gangguan jiwa menyembunyikannya atau tidak berani berbicara terbuka tentang kondisinya.

“Ini fenomena batu. Situasi saat ini hanya sebagian kecil dari seluruh kasus yang terjadi namun tidak terlihat dan jauh lebih besar,” tuturnya.

Ia berharap masyarakat bisa menyaring segala informasi yang beredar di media sosial dan segera mencari pertolongan jika mengalami cedera.

“Sekarang informasinya terlalu banyak. Kita harus menyaring semua yang kita terima. Literasi itu penting untuk menyaring informasi, supaya kita tidak stres, kita suka membandingkan diri kita dengan orang lain yang tidak kita inginkan,” jelasnya.

Pak Imran mengatakan, jika merasa tidak nyaman, Anda bisa mencari tempat untuk membicarakan masalah yang Anda hadapi. Tidak ada penyakit jiwa.

Semakin cepat terdeteksi maka semakin cepat penanganannya.

Pada kesempatan yang sama, Ibunda.id, salah satu pusat solusi kesehatan mental, meluncurkan aplikasi bernama Wellme untuk mengakses layanan konseling dengan profesional.

“Kedepannya, kami akan terus berinovasi dan berkembang agar berdampak pada kesehatan mental Indonesia. Kami percaya bahwa perubahan besar dimulai dari pengalaman pengguna yang sederhana namun kuat,” kata Arif Fajr Saputra, Kepala Badan Pemberdayaan Ibunda.id.

 

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *