Kapolda Sumbar Dikritik Buntut Cari Penyebar Informasi Bocah SMP di Padang Tewas usai Disiksa Polisi

TRIBUNNEWS.COM – Kapolda Sumbar, Irjen Paul Sohriono, mengaku sedang mencari pria yang diduga menyiksa kematian seorang siswa SMA berinisial AM (13) akibat virus di Padang. polisi.

Suhariono membantah kematian AM akibat penyiksaan polisi, karena menurutnya hal itu tidak terbukti.

“Kita perlu luruskan di sini, itu di media, ada persidangan di media di mana seseorang dianiaya oleh polisi dan mengakibatkan nyawa orang lain. Tidak ada bukti atau saksi sama sekali.” Ucapnya di Padang, Minggu (23/6/2024) Dikutip dari YouTube Tribun Padang.

Penjaga penjaranya juga A.M. Ia menjelaskan, kematiannya karena melompat dari jembatan, hal itu diketahui dari keterangan A, rekan korban.

Terkait pemberitaan AM tewas akibat penyiksaan polisi, Sohariono mengatakan pihaknya akan mencari siapa pun yang membocorkan informasi tersebut.

Penjaga penjaranya, mereka yang menyebarkan cerita ini harus diselidiki, karena mereka adalah A.M. Dia mengatakan dia sampai pada kesimpulan bahwa dia meninggal karena penyiksaan polisi.

“Dia harus bersaksi: ‘Apakah kamu benar-benar melihat (kejadian itu), mengapa kamu mengatakan itu?’ Benar sekali Anda dinilai pers, sebelum faktanya Anda sampaikan kepada pers apakah cukup bukti atau tidak, atau Anda hanya menebak-nebak dan mengada-ada,” jelasnya.

Ketua Kepolisian Republik Indonesia (IPW) sekaligus psikolog forensik Reza Indragiri Amriel pun mengkritik sipir penjara atas operasi penggeledahan ini: Polisi tidak boleh melawan

Ketua Kepolisian Republik Indonesia (IPW) Sugeng Teguh Santoso meminta Polda Sumbar tidak mengkonfrontasi atau menolak kritik masyarakat atas dugaan meninggalnya A.M.

Sugang mengatakan tudingan polisi menganiaya AM merupakan bentuk kritik agar polisi bekerja sesuai aturan.

“Polisi tidak boleh menghadapi kritik masyarakat, seperti pernyataan korban di media sosial bahwa ia meninggal akibat kekerasan polisi. Ini bentuk kritik terhadap Polri agar bekerja sesuai hukum dan HAM,” ujarnya kepada Tribun. Berita. com pada Senin (24 Juni 2024).

“Jadi jangan serang orang yang mengkritik Anda di media sosial,” lanjutnya.

Di sisi lain, Sugang juga meminta agar penyidikan kasus tersebut tidak terkesan menyamar sehingga menimbulkan kesan ada upaya melindungi aparat kepolisian.

“Penyelidikan atas kematian anak korban tidak boleh dilakukan dengan menutup-nutupi fakta, melindungi anggota jika ada dugaan pelanggaran prosedur atau tindakan kekerasan. Harus diselidiki secara obyektif, transparan dan menghormati hak asasi manusia. korban dan keluarganya,” ujarnya. Reza: Kapolda Sumbar tidak boleh tampil defensif

Sementara itu, Psikolog forensik Reza Indragiri Amriel mengkritisi pernyataan Kapolda Sumbar Irjen Sohariono yang dinilainya terkesan defensif untuk mencari whistleblower yang mengklaim kematian AM akibat penyiksaan polisi.

Pernyataan Reza Suhariono itu bisa saja menimbulkan tudingan bahwa kawan-kawannya berusaha menutupi kesalahannya.

Kapolda harus sangat hati-hati dalam memberikan pernyataan. Sangat berbahaya jika pernyataan-pernyataan yang terkesan defensif justru dianggap sebagai cara untuk menutupi kesalahan rekan kerja atau sebagai dinding diam atau kode terselubung,” ujarnya melalui keterangan tertulis, Senin (24/6). /2024).

Menurut Reza, seharusnya Polda Sumbar memulai pemusnahan dengan melibatkan masyarakat untuk kehumasan.

Menurutnya, salah satu hal yang perlu dihilangkan adalah adanya bias atau prasangka tersembunyi aparat kepolisian terhadap kelompok tertentu.

Akibat bias implisit, polisi bisa bersikap hati-hati bahkan terlalu curiga dalam situasi tertentu. Misalnya, ketika melihat banyak orang di malam hari, polisi langsung mengasosiasikannya sebagai ancaman atau bahkan ancaman, katanya. .

Menurut Reza, peluang seperti itu bisa ada jika polisi hanya peduli pada keselamatan dirinya sendiri.

Sehingga, perbuatannya dalam rangka penculikan massa berakhir dengan kekejaman.

“Selanjutnya, jika di sana ada benda yang mampu melukai atau bahkan membunuh, maka proses berpikir individu bisa saja turun ke tingkat naluri, artinya berjuang untuk bertahan hidup. Dalam kasus seperti itu, bisa saja muncul perilaku kekerasan,” tutupnya.

(Tribunnews.com/Yohanes Liestyo Poerwoto)

Artikel lain tentang siswa SMA yang terbunuh di Padang

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *