TRIBUNNEWS.COM – Kelompok Houthi di Yaman hari ini mengaku bertanggung jawab atas serangan kapal kecil dan rudal yang menenggelamkan kapal kargo tujuan Israel.
Sebuah kapal rusak di pelabuhan Hodeidah di Laut Merah Yaman pada Rabu (12/6/2024).
Houthi menyerang kapal tersebut menggunakan kendaraan udara tak berawak, yang umumnya dikenal sebagai kapal permukaan tak berawak (USV).
“Mujahidin melakukan operasi militer tingkat tinggi yang menargetkan kapal Khalifa Laut Merah dengan drone dan beberapa drone serta rudal balistik, menyebabkan kerusakan parah dan risiko tenggelam,” katanya. Bal, Yahya Saree, Kamis (13/6/2024).
Kapal tersebut menjadi sasaran karena perusahaan pemiliknya melanggar resolusi Houthi yang melarang kapal tujuan Israel, Amerika Serikat, dan Inggris memasuki pelabuhan di wilayah Palestina yang diduduki Israel.
“Semua perusahaan mengetahui konsekuensi menghadapi musuh Israel dan kapal mereka datang ke pelabuhan Palestina yang diduduki atau menjadi sasaran sektor bisnis kami,” kata kantor berita Al Arabi. Kapal Israel Cs mengalami kerugian besar
Sementara itu, Komando Pusat AS (CENTCOM) mengomentari serangan pertama Houthi yang menggunakan perahu sebagai senjata.
Centcom mengatakan kapal kargo terus terkena air dan mengalami kerusakan ruang mesin.
Operasi Maritim Inggris mengatakan kapal berbendera Liberia itu mengalami kebocoran air setelah tabrakan.
Sementara itu, awak kapal tidak dapat menguasai kendali akibat rusaknya ruang mesin.
“Sebuah perahu kecil berwarna putih menabrak sisi perahu layar dan disentuh oleh pesawat tak dikenal,” kata pejabat Inggris kemarin.
Pada 19 November 2023, Houthi telah bergabung melawan Israel untuk mendukung rakyat Palestina yang menderita akibat pendudukan Israel di Jalur Gaza.
Kelompok Houthi di Yaman utara menembakkan rudal dan drone ke kapal milik Israel di Laut Merah.
Sekutu Israel, Amerika Serikat (AS), kemudian membentuk koalisi Laut Merah bersama Inggris dan beberapa negara lain untuk melawan Houthi.
Sementara itu, kelompok Houthi mengatakan mereka akan menghentikan serangan Israel hanya jika mereka menarik pasukannya dari Jalur Gaza. Korban tewas
Saat Israel melanjutkan agresinya di Jalur Gaza, jumlah korban tewas warga Palestina telah melampaui 37.202 orang antara Sabtu (10/7/2023) hingga Rabu (12/6/2024) dan 1.147 kematian warga Palestina. Kematian telah dilaporkan di Anatolia dan Israel.
Israel mulai mengebom Jalur Gaza pada Sabtu (7/10/2023) setelah gerakan perlawanan Palestina Hamas mulai membanjiri Al-Aqsa untuk memprotes pendudukan dan kekerasan Israel.
Israel memperkirakan pada akhir November 2023, Hamas menyandera sekitar 120 sandera di Jalur Gaza, hidup atau mati, setelah menukar 105 sandera dengan 240 tahanan Palestina.
Menurut The Guardian yang diterbitkan pada Desember 2023, lebih dari 8.000 warga Palestina masih berada di penjara Israel.
(Tribunnews.com/Unita Rahmayanti)
Berita lainnya terkait konflik Palestina-Israel