Kapal Feri Terbalik di Kongo, 38 Orang Tewas dan 100 Lainnya Hilang

Tribunnews.com – Capasa (21 Desember 2024), Sebuah kapal feri yang membawa lebih dari 400 orang di Sungai Bushira di timur laut Kongo dicabut.

Kapal feri itu tenggelam saat banyak orang yang hendak pulang kampung untuk merayakan Natal.

Berdasarkan komunikasi AP dan dikutip dari surat kabar Guardian, hingga Sabtu (22 Desember 2024) telah terkonfirmasi 38 kematian, dan lebih dari 100 orang masih hilang.

Sebagian besar penumpang kapal feri adalah para pedagang yang ingin berkumpul kembali dengan keluarga dan merayakan Natal.

Dua puluh orang yang selamat telah dievakuasi, namun pencarian korban masih terus berlanjut.

Beberapa saksi dan pejabat setempat mengatakan bahwa feri tersebut kelebihan muatan karena feri tersebut melanggar dua pelabuhan sebelum menuju ke Boenda, dan jumlah korban tewas semakin bertambah.

Menurut informasi yang diperoleh dari warga sekitar kota sungai terakhir, sebelum kecelakaan terjadi, ada lebih dari 400 orang berada di kapal feri.

Penyebab kelebihan beban ini karena kapal feri singgah di dua pelabuhan sebelumnya (Pelabuhan Ingende dan Roolo) untuk mengangkut penumpang lebih banyak.

Dalam keadaan ini, kapal feri akan berlayar dengan barang bawaan yang sangat berat sehingga meningkatkan bahaya.

Sumber lokal juga menyatakan bahwa ada alasan untuk meyakini bahwa jumlah korban melebihi rekor karena tidak seluruh penumpang berhasil diselamatkan.

Kasus ini menunjukkan betapa pentingnya melakukan tindakan pengamanan dan pemeriksaan kapal yang lebih ketat di kawasan ini. Kurangnya peralatan pemantauan dan keamanan

Kecelakaan tersebut menimbulkan kemarahan warga dan pihak berwenang setempat atas kurangnya pelatih pengoperasian perahu di daerah tersebut.

Nesty Bonina, anggota pemerintah daerah dan selebriti asal wilayah khatulistiwa Mbandaka, mengkritik pihak berwenang karena tidak menangani kasus ini dengan baik.

Bonina menegaskan, kapal yang berlayar pada malam hari harus mendapat pengawasan ketat dari staf sungai.

Ia juga menyayangkan kapal-kapal yang beroperasi di kawasan tersebut kekurangan alat keselamatan lainnya.

Fakta bahwa banyak terjadi kecelakaan kapal dan kurangnya pelatih membuat pihak berwenang harus segera mengambil tindakan tegas untuk memperbaiki kondisi penumpang di Sungai Kongo.

Selain itu, pemerintah harus menangani masalah lalu lintas dengan lebih serius dan tidak mematikan kecelakaan yang sama di kemudian hari. Kecelakaan kapal serupa

Kecelakaan kapal feri itu terjadi kurang dari empat hari setelah kapal terbalik lainnya, menewaskan 25 orang di timur laut Kongo.

Kecelakaan tersebut menambah daftar panjang kecelakaan kapal di negeri ini.

Pada bulan Oktober, 78 orang tewas dalam tabrakan dengan kapal yang kelebihan muatan, dan pada bulan Juni, 80 orang tewas dalam kecelakaan serupa di dekat Kinshasa.

Kecelakaan kapal yang kelebihan muatan sering menjadi masalah di Kongo, dan banyak kapal tidak mematuhi peraturan keselamatan yang ada.

Situasi ini diperparah dengan kurangnya infrastruktur transportasi darat yang memadai, sehingga banyak masyarakat yang mengandalkan perahu kayu yang tidak sesuai.

(Tribunnews.com, Andari Ulan Ngra Hani)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *