TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA – Presiden Republik Indonesia (Wapres) KH. Ma’ruf Amin pun menanggapi kampanye ‘Semua Mata Tertuju Papua’, artinya semua mata tertuju pada Papua yang disampaikan di media sosial, khususnya Instagram dan X.
Kampanye tersebut digagas warganet sebagai bentuk keprihatinan atas upaya perampasan wilayah sebagian masyarakat adat di Papua.
Menanggapi hal tersebut, Wapres menghimbau dengan tegas kepada pemerintah daerah (Pemda) dan seluruh daerah di Papua untuk berkontribusi kepada masyarakat dalam segala bentuk pembangunan.
“Ke depan tentunya dalam pembangunan harus ada komunikasi antara pemerintah daerah (pemerintah daerah) dengan tokoh adat dan masyarakat setempat, agar tidak terjadi konflik atau kesalahpahaman seperti sekarang,” kata Wapres. Pernyataannya, Jumat (7/6/2024).
Hal itu disampaikan Wapres saat meninjau Perikanan Malawi, Lorong Muara Mulia 4, Kota Sorong, Papua Barat Daya.
Lebih lanjut Wapres menegaskan, rencana pembangunan Papua ke depan akan melibatkan masyarakat adat, khususnya para pemimpin suku.
Hal ini penting untuk menghindari kebijakan-kebijakan yang berdampak negatif terhadap kehidupan warga Papua.
“Kepada pimpinan daerah, kepada gubernur-gubernur yang bekerja, kami berharap demikian,” tegasnya.
Seperti diketahui, media sosial dipenuhi dengan dukungan terhadap perjuangan masyarakat Papua yakni suku Awyu dan Moi dalam menjaga hutan adatnya.
Dengan menggunakan tagar “Semua Mata Tertuju Papua”, netizen aktif mendukung pemerintah dan Mahkamah Agung (MA) untuk membuat undang-undang yang dapat melindungi hutan adat kedua suku Papua tersebut.
Adapun kasus antara marga Awyu dan masyarakat Moi sudah sampai pada tahap penyidikan di MA, Wapres berharap prosesnya tetap berjalan sesuai ketentuan pengadilan.
Ia memperingatkan agar hal seperti ini tidak terjadi lagi.
Namun kedepannya, kami berharap hal seperti itu tidak terjadi. “Karena dulu mungkin tidak ada komunikasi, ke depannya kami akan berkomunikasi lebih baik lagi,” ujarnya.
Sebelumnya, pemerintah daerah memberikan konsesi lingkungan hidup pada hutan adat suku Awyu di Boven Digoel, Papua Selatan dan suku Moi di Sorong, Papua Barat Daya.