Kalah Saing dengan Mobil China, Suzuki Akan Tutup Pabrik Akhir 2025

Laporan jurnalis Tribunnews.com Namira Yunia Lestanti

TRIBUNNEWS.COM, BANGKOK – Suzuki Motor Corporation resmi menutup pabrik perakitan mobilnya di Thailand pada akhir tahun 2025.

Pengumuman ini diumumkan Suzuki setelah mengevaluasi struktur produksi global pada akhir pekan lalu.

Akibat penutupan pabrik Suzuki Motor Thailand (SMT) yang didirikan pada Agustus 2011, diperkirakan sekitar 800 pekerja terkena dampak PHK massal.

Dikutip dari situs resmi Suzuki, rencananya setelah pabrik SMT ditutup, ribuan kendaraan yang diproduksi di pabrik tersebut, seperti Celerio, Ciaz, dan Swift, akan diimpor secara CBU melalui pabrik di kawasan ASEAN. serta Jepang dan India.

Hal ini dilakukan untuk mengoptimalkan lokasi produksi serta mendorong netralitas karbon dan upaya elektrifikasi di seluruh dunia.

“Untuk mempromosikan netralitas karbon dan elektrifikasi di seluruh dunia, Suzuki telah mempertimbangkan untuk mengoptimalkan lokasi produksi global menjadi satu kelompok,” kata Suzuki.

Selain itu, Suzuki juga merencanakan enam model kendaraan listrik pada jajaran produknya yang akan dikomersialkan pada 2030-2031. Mereka berencana meluncurkan kendaraan listrik pertama di India tahun depan, yang kemudian akan diekspor ke Jepang dan Eropa.

Menurut informasi yang beredar, penutupan pabrik Suzuki di Thailand ini disebabkan buruknya dan lambatnya penjualan mobil Suzuki di pasar dalam negeri karena kalah bersaing dengan pabrikan mobil asal China yang mulai memproduksi lebih banyak. kendaraan listrik dan hibrida.

Juru bicara Suzuki juga menambahkan bahwa Thailand tidak bisa lagi dilihat sebagai pusat industri mobil Asia seperti Detroit, karena Malaysia telah mengambil alih peran tersebut.

Rentetan desakan tersebut mendorong Suzuki hengkang dari Thailand, menyusul langkah 1.600-1.700 pabrik mobil dan 1.600-1.700 kendaraan Subaru yang sudah lebih dulu meninggalkan Negeri Gajah Putih. Hal ini disebabkan oleh perlambatan ekonomi, rencana merger atau peningkatan biaya operasional.

“Kami tidak bisa lagi disebut ‘Detroit Asia’ karena Malaysia telah menggantikan kami,” kata Suzuki.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *