Kabur dari Perairan Yaman, Angkatan Laut AS & Inggris Disebut Ketakutan Lawan Rudal Houthi

TRIBUNNEWS.COM – Angkatan Laut Amerika Serikat (AS) dan Inggris takut melawan rudal balistik kelompok Ansarallah, atau Houthi, di Yaman.

Pemimpin Houthi Abdul-Malik al-Houthi mengatakan AS dan sekutunya gagal menghentikan serangan Houthi terhadap kapal-kapal Israel di Laut Merah dan Teluk Aden.

“Angkatan Laut AS dan Inggris terintimidasi oleh rudal balistik dari angkatan bersenjata Yaman,” kata Abdul-Malik dalam pidatonya yang disiarkan televisi, Kamis (24/7), seperti dikutip Press TV.

Ia juga mengatakan bahwa angkatan laut Barat sudah meninggalkan perairan Yaman.

Menurut Abdul-Malik, Houthi sejauh ini telah menyerang 166 kapal dagang yang terkait dengan Israel, Amerika Serikat, dan Inggris.

Para pejabat Israel juga takut melawan kekuatan militer Houthi, katanya. Padahal, Israel Institute for Security Studies (INSS) mengakui Israel banyak rugi akibat serangan Houthi di Laut Merah. Rudal hipersonik Houthi. (Xinhua)

Dia mengatakan AS telah berusaha sekuat tenaga untuk menghentikan serangan Houthi, namun semua upayanya gagal.

Dia juga memperingatkan Arab Saudi untuk tidak bekerja sama dalam menghentikan serangan Houthi.

“Amerika tidak dapat menghentikan operasi militer tentara Yaman karena hal itu didasarkan pada keyakinan kami. Ribuan warga Yaman ingin bergabung dalam perjuangan melawan Zionis,” katanya.

Abdul-Malik kemudian meminta rakyat Yaman untuk turun ke jalan pada hari Jumat untuk menegaskan kembali solidaritas mereka terhadap rakyat Palestina, yang kini menghadapi agresi Israel.

“Perang genosida yang dilakukan Israel dan kejahatan mengerikan terhadap rakyat Palestina merupakan ujian hati nurani dan nilai-nilai kemanusiaan bagi seluruh masyarakat dunia,” ujarnya.

“Tetap diam mengenai genosida yang saat ini terjadi di Jalur Gaza berarti kehilangan kehormatan manusia dan hak untuk hidup.”

Ia mengatakan apa yang dilakukan Israel saat ini adalah pelanggaran prinsip dasar.

Pemimpin Houthi juga menyinggung demonstrasi mahasiswa di kampus-kampus Amerika dan Eropa.

Menurutnya, tragedi yang dialami Palestina telah membuka mata masyarakat terhadap apa yang disembunyikan Israel.

Dia mengatakan polisi AS memperlakukan pengunjuk rasa pro-Palestina sebagai penjahat perang.

Ia pun mengkritisi sejumlah negara yang tidak acuh terhadap situasi di Palestina. Menurutnya, negara-negara tersebut bekerja sama dengan rezim Zionis untuk menjebak umat Islam ke dalam perangkap.

Abdul-Malik mengatakan pengungsi Palestina menjadi sasaran serangan menggunakan bom pintar buatan AS, yang biasanya digunakan dalam pertempuran melawan tentara profesional.

Ia juga menyinggung penutupan perlintasan Rafah yang menjadi pintu masuk aliran bantuan ke Gaza.

Israel mencegah bantuan penting, seperti makanan dan obat-obatan, mencapai Gaza, katanya.

Abdul-Malik memuji solidaritas masyarakat Maroko dan Bahrain terhadap rakyat Palestina di tengah perang Gaza. Warga kedua negara, kata dia, tak kenal lelah mendukung Palestina.

Dia meminta semua negara di dunia untuk bergabung dalam kampanye untuk memboikot produk-produk Israel.

Ia kemudian memuji ketangguhan dan tekad brigade Hamas al-Qassam dalam menghadapi serangan Israel.

Abdul-Malik mengatakan Hamas telah meningkatkan kekuatan militernya dan menggunakan taktik cerdas untuk melawan pasukan Zionis.

Sementara itu, tentara Israel gagal merekrut cukup tentara untuk operasi militer di Jalur Gaza.

Operasi anti-Israel yang dilakukan oleh pejuang Yaman, Irak, dan Lebanon juga menimbulkan kerugian besar bagi rezim Israel.

Dia mengatakan operasi itu sangat efektif.

Ia juga mengatakan bahwa serangan Hizbullah terhadap tentara Israel menyebabkan kerusakan serius pada industri Zionis di Israel utara.

(Tribunenews/Februari)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *