TRIBUNNEWS.COM – Sederet jurnalis Palestina dipukuli setelah menjadi sasaran massa Israel yang berbaris di Masjid Al-Aqsa.
Foto yang diunggah kantor berita AFP menunjukkan pengunjuk rasa Israel memukuli dan menyerang seorang jurnalis Palestina di Kota Tua.
Tak hanya itu, pengunjuk rasa Israel juga menyerang beberapa jurnalis, termasuk jurnalis Haaretz Nir Hasson dan jurnalis lepas Saif Qwasmi.
Sementara itu, video yang beredar di media sosial menunjukkan pemuda dan remaja Israel menyerang warga Palestina dan meneriakkan slogan-slogan rasis.
Diantaranya adalah kalimat “Mati” dan “Semoga desamu terbakar”, seperti dikutip Al Jazeera.
Bahkan toko-toko milik warga Palestina di sekitar kompleks Al-Aqsa di Yerusalem menjadi sasaran Israel dan terpaksa menutup tokonya.
Pawai tersebut dilakukan di tengah meningkatnya ketegangan ketika Israel melanjutkan perangnya di Gaza, yang telah menewaskan lebih dari 36.500 warga Palestina.
“Segera setelah kaum nasionalis ini tiba di Yerusalem Timur yang diduduki, mereka mulai menyerang warga Palestina. Kami melihat gambar-gambar ini ketika anak-anak muda menyerang warga Palestina yang sudah lanjut usia,” kata jurnalis Al Jazeera, Imran Khan.
“Mereka benar-benar kehilangan kendali,” tambahnya. Ribuan warga Israel turun ke jalan
Ada beberapa acara yang diadakan di Israel untuk merayakan Hari Yerusalem.
Menurut laporan, ribuan orang turun ke jalan di berbagai wilayah Yerusalem sambil membawa bendera.
Termasuk melintasi Gerbang Damaskus, Muslim Quarter dan Masjid Al-Aqsa. Parade yang membawa bendera Israel memicu bentrokan
Pada awalnya, parade bendera berjalan dengan baik, namun seiring berjalannya waktu, banyak peserta yang mulai melakukan aksi anarkis.
Mereka meneriakkan slogan-slogan anti-Arab dan anti-Islam, menari dan mengibarkan bendera Israel.
Tak lama kemudian, massa bentrok dengan polisi dan melemparkan botol plastik ke arah jurnalis yang mengenakan rompi bertuliskan “PRESS”.
Pemerintah Israel juga telah mengerahkan 3.000 petugas polisi untuk mencegah kekerasan fisik atau verbal.
Polisi meminta para peserta pawai bendera untuk mematuhi instruksi polisi, menghindari kekerasan fisik dan verbal, serta menciptakan kondisi demi keamanan berlangsungnya acara dan menjaga ketertiban umum, kata polisi.
Segala bentuk kekacauan dan kekerasan akan ditindak tegas, lanjut polisi.
Namun, ketika situasi semakin tidak menyenangkan, polisi malah tak mampu menghentikan bentrokan antara warga Israel dan warga Palestina di Kota Tua.
“Meskipun Israel telah mengerahkan 3.000 personel keamanan, kenyataannya mereka [polisi] telah meminta warga Palestina untuk menutup toko mereka karena mereka tidak dapat mengendalikan orang-orang ini,” kata Khan. Bukan pertama kalinya
Konflik ini bukan kali pertama terjadi, pada festival tahun lalu di kota Yerusalem, kelompok Yahudi dan Muslim Palestina juga turut serta dalam konflik tersebut.
Pada tahun 2022, pengunjuk rasa terlibat dalam aksi kekerasan yang melukai sedikitnya 79 warga Palestina, 28 di antaranya dirawat di rumah sakit.
Kekerasan ini terjadi akibat vandalisme atau provokasi terhadap warga Palestina.
(Tribunnews.com/ Namira Yunia)