TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA – Presiden Joko Widodo mengatakan perayaan Hari Lahir Negara Republik Indonesia (HUT) pada 17 Agustus 2024 akan digelar di dua tempat, yakni di Ibu Kota Negara (IKN) Kepulauan, Kalimantan Timur. dia akan melakukannya secara langsung. untuk memimpin dan di Gedung Negara sebagai Wakil Presiden akan memimpin.
Presiden Jokowi mengatakan perayaan 17 Agustus tahun depan hanya akan digelar di IKN, setelah keluarnya Keputusan Presiden (Keppres) tentang relokasi IKN, Selasa (11/06/2024).
Program ini didukung oleh Wakil Kepala Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN), Laksamana Madya TNI (Purn) Profesor. Amarulla Octavian yang menyampaikan bahwa perayaan HUT RI di IKN merupakan wujud nasionalisme dan patriotisme.
Jadi yang disampaikan Presiden Joko Widodo sebagai kepala negara, perayaan 17 Agustus di IKN di kepulauan itu ada nilai-nilai kebangsaan, nilai-nilai kebangsaan, katanya kepada media di Jakarta, Kamis (13/6/2024).
Prof. Amarulla yang pernah menjabat Rektor Universitas Pertahanan Nasional (Unhan) mengatakan, bayang-bayang kolonialisme harus diakhiri di Indonesia sebagai bangsa yang merdeka.
“Jadi kalau saya pribadi mau pindah ke Palangkaraya, Jonggol atau sekarang ke kepulauan, tidak masalah bagi saya. Yang penting masyarakat Indonesia bisa menunjukkan kemandiriannya. Kita punya kemampuan untuk menjadikan ibu kota baru sebagai simbol. nasionalisme, lambang patriotisme,” kata peraih gelar PhD (Strata-3/S3) bidang sosiologi Universitas Indonesia ini.
Prof. Amarulla mengatakan, ketika Bung Karno ingin memproklamirkan kemerdekaan Indonesia, banyak keraguan dan pertanyaan dari para ulama karena ia tidak memiliki sistem pemerintahan, tidak memiliki undang-undang, atau persyaratan lain dari pemerintahan yang belum dipenuhi, dan Bung Jawab Karno. “Di masa depan, kita harus mendapatkan kebebasan dulu, baru kita tangani nanti.”
“Seperti yang ada di IKN sekarang, nilai-nilai nasionalisme harus semakin dipopulerkan. IKN baru ini merupakan wujud nasionalisme dan patriotisme bangsa Indonesia. Ini untuk generasi milenial dan generasi mendatang agar kebanggaan mereka sebagai seorang Bangsa Indonesia akan Kuat “Tidak ada bayang-bayang kolonialisme di masa lalu,” jelasnya.
“Nah, ini yang perlu diketahui banyak orang, khususnya kaum milenial. Ini sejarah, sejarah kita sendiri. Agar generasi muda ini punya kebanggaan nasional. Dengan ibu kota baru ini, itu kebanggaan bangsa,” imbuhnya. .
Prof. Amarulla juga mencontohkan pemindahan ibu kota negara di beberapa negara maju lainnya seperti Amerika. Dari Philadelphia lama hingga Washington DC, kota yang dirancang oleh arsitek Perancis.
“Saat itu keinginan mendirikan ibu kota baru juga untuk menunjukkan nilai nasionalisme dan patriotisme. Karena ketika Inggris menjajah Amerika, pusatnya adalah Boston. Makanya daerah itu disebut Dominion New England atau New England England, New England Artinya di mata Inggris wilayah Amerika adalah wilayah baru Inggris Katanya.
Setelah itu, dalam perjalanannya, terjadilah gerakan kemerdekaan Amerika. Amerika Serikat akhirnya mendeklarasikan kemerdekaannya pada tahun 1776, dan ibu kotanya bukanlah Boston.
Philadelphia menjadi ibu kota sementara hingga Senat memutuskan untuk mendirikan ibu kota baru pada tahun 1790, berlokasi di Washington DC. Hingga saat ini, generasi muda Amerika memandang kota besar Washington DC dengan semangat nasional yang terus berkembang.
Amerika Serikat merdeka pada tahun 1776. Seperti Indonesia, Indonesia merdeka pada tahun 1945. Setelah itu, Amerika melakukan perang kemerdekaan selama 6 tahun hingga tahun 1783. Seperti Indonesia, Indonesia juga pernah mengalami perang kemerdekaan pada tahun 1945 hingga 1949. Kemerdekaan Indonesia . berakhir pada tahun 1949, “Salah satunya karena kemenangan diplomatis pada Konferensi Meja Bundar Den Haag. Amerika Serikat juga mengakhiri Perang Revolusi dengan Perjanjian Paris,” jelasnya.
Menurut Prof. Amarulla, kemenangan diplomasi Amerika dalam Perjanjian Paris tahun 1783, mirip dengan Indonesia. Saat itu, setelah Amerika memperoleh kemerdekaan penuh yang dicapai pada tahun 1783, muncul ide untuk mendirikan ibu kota baru pada tahun 1790.
“Hanya 10 tahun, jadi Washington DC waktu itu dibangun 10 tahun. Tahun 1800 diambil alih. Jadi ini sama seperti saat Presiden George Washington mengadakan upacara di Washington DC,” jelasnya.
Dalam sumber sejarah, Jakarta awalnya bernama Batavia. Batavia adalah ibu kota Hindia Belanda. Nama tersebut kemudian diubah oleh Jepang menjadi pusat pemerintahan sebelum invasi militer Jepang pada Perang Dunia II.
Amarulla mengungkapkan, jika masih di Jakarta, sebagian masyarakat Indonesia, khususnya generasi tua, masih memandang pemerintahan saat ini sebagai kelanjutan pemerintahan Hindia Belanda, karena ibu kotanya masih Batavia, apalagi istana presiden masih ada. istana gubernur Hindia Belanda.
“Kita harus memahami bahwa ibu kota di seluruh dunia pada dasarnya adalah simbol negara, simbol nasionalisme, simbol kejayaan bangsa,” tutupnya.