Jerman Mulai Terapkan Kontrol Perbatasan yang Lebih Ketat

Kontrol yang ketat di perbatasan Jerman-Denmark mengharuskan ribuan pekerja migran diperiksa dua kali sehari.

Bagi wisatawan transit, mereka akrab dengan pemeriksaan saat bepergian ke Denmark, di mana pengawasan perbatasan telah diterapkan selama bertahun-tahun.

Namun, langkah terbaru Berlin menuai kritik dari beberapa kelompok minoritas Denmark di negara bagian Schleswig-Holstein, Jerman. Truk sasaran polisi

Koresponden DW Giulia Saudelli, yang melaporkan perbatasan Jerman dengan Austria di Neuhaus am Inn, tempat pengawasan dilakukan selama bertahun-tahun, mengatakan polisi tidak menghentikan semua kendaraan yang memasuki Jerman.

Dengan semakin banyaknya penumpang yang melintasi perbatasan setiap harinya, polisi kini harus menggunakan strategi yang lebih tepat sasaran.

“Yang dicari mereka (polisi) adalah orang-orang yang mencoba masuk ke Jerman secara ilegal, misalnya kadang mereka menghentikan orang-orang yang dilarang masuk ke Jerman, tapi ada juga yang mau masuk ke Jerman tapi tidak punya dokumen. . Itu benar. “Misalnya, mereka yang tidak memiliki visa ditahan di sini dan harus kembali ke Austria.”

“Polisi juga dapat menghentikan mobil atau truk yang kemungkinan besar merupakan penyelundup manusia yang mencoba membawa orang dari Austria ke Jerman.” Pakar: Sensor yang ketat berarti “Jerman tidak lagi terbuka”.

Ketika Jerman berupaya menerapkan kontrol yang lebih ketat di perbatasannya, Raphael Bossong, pakar kebijakan imigrasi Eropa di Institut Urusan Internasional dan Keamanan Jerman, mengatakan kepada DW bahwa keberhasilan langkah-langkah ini masih dalam diskusi.

Mr Bossong berkata: “Saya pikir ini masih menjadi perdebatan operasional apakah pengawasan semacam ini… akan benar-benar membuat perbedaan besar dalam hal mengurangi atau menangkap penjahat. Potensi teroris.”

Menurut Bossong, pesan yang ingin disampaikan oleh kontrol perbatasan yang ketat ini adalah “Jerman tidak lagi terbuka”.

Namun langkah-langkah ini tidak mengurangi tekanan terhadap pemerintah Jerman, kata Bossong.

“Secara politis, tekanan terus berlanjut… dan dalam pemilu negara bagian di Brandenburg, pihak oposisi masih mendorong tuntutan kebijakan yang lebih radikal untuk kembalinya perbatasan,” jelasnya.

Kp/ha (AFP, AP, dpa, Reuters)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *