TRIBUNNEWS.COM – Perwira senior tentara Israel dikabarkan kecewa dengan Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu.
Para jenderal IDF ini mengakui bahwa mereka menginginkan gencatan senjata di Gaza.
Hal ini didasari oleh keadaan pasukan dan senjata perang IDF yang semakin berkurang mengacu pada sejarah Palestina.
“Tidak jelas bagaimana kepemimpinan militer secara langsung mengkomunikasikan pendapat mereka (mengenai gencatan senjata Gaza) kepada Netanyahu, namun jelas bahwa dia frustrasi terhadap masyarakat, serta rasa frustrasi perdana menteri terhadap para jenderal.” kata seseorang yang tidak diketahui identitasnya. IDF teratas ingin disebutkan namanya.
Netanyahu dengan tegas menolak usulan gencatan senjata di Gaza.
Pasalnya, menurut Netanyahu, gencatan senjata bisa menghancurkan koalisinya.
Oleh karena itu, IDF prihatin dengan konflik berkepanjangan antara Israel dan Hamas.
Selain itu, perbekalan perang IDF perlahan-lahan habis, sementara para tawanan masih ditawan dan para pemimpin Hamas sudah bebas.
“Dalam situasi ini, penyerahan kekuasaan sementara kepada Hamas dan sebagai imbalan atas pembebasan sandera yang ditahan oleh para jenderal IDF sepertinya bukan pilihan yang buruk bagi Israel,” kata Eyal Hulata, seorang konsultan keamanan bangsa Israel. Di bulan ini, yang merupakan bulan paling berdarah dan tersulit bagi IDF, banyak tentara Zionis yang terbunuh namun jumlahnya tidak diketahui.
Menurut sumber Israel, Juni 2024 adalah bulan paling berdarah bagi IDF.
Beberapa tentara Zionis dilaporkan tewas di Jalur Gaza di Palestina, namun Israel menyembunyikan jumlahnya.
Israel belum mengungkapkan jumlah pasti korban tewas dalam serangan di Gaza atau sektor militer di perbatasan dengan Lebanon.
Di sisi lain, kelompok perlawanan Palestina dan Lebanon, mengutip surat kabar Palestina, menyebut upaya Israel menyembunyikan jumlah korban sebagian besar telah digagalkan.
Misalnya, Brigade al-Qassam menunjukkan tank-tank Israel diledakkan, IDF ditembak jatuh, dan helikopter Zionis mengangkut korban tewas dan terluka ke rumah sakit Israel.
Sumber di Israel mengatakan bahwa Juni 2024 adalah bulan yang sulit bagi tentara Israel, terutama karena mereka telah menyatakan siap untuk melanjutkan ke tahap perang berikutnya melawan Palestina dan kelompok perlawanan Arab.
Berikut adalah data resmi Israel mengenai jumlah tentara Israel yang tewas pada bulan Juni, yang dikumpulkan oleh Al Jazeera: 5 Juni: Seorang pria IDF tewas dalam serangan pesawat tak berawak Hizbullah saat kedatangan pasukan di Harfaish. 6 Juni: Seorang pria IDF tewas dalam konflik bersenjata di pinggiran Rafah. 8 Juni: Seorang perwira pasukan khusus al-Yamam di Israel tewas dalam operasi di mana empat tahanan dibawa keluar dari daerah Nusrat di Gaza tengah. 10 Juni: Empat tentara IDF tewas dalam serangan terhadap gedung yang dibom di pusat Rafah. 15 Juni: Delapan tentara tentara Zionis mengebom sebuah kapal militer di Rafah.
Diketahui, dua tentara tewas dalam kejadian tersebut setelah sebuah alat peledak meledak di sebuah tank di tengah Jalur Gaza, dan pada 10 Juni, seorang tentara tewas akibat bom yang meledak di sebuah gedung di kota Bubi, Rafah. 16 Juni: Seorang tentara IDF tewas dalam pertempuran di Rafah. 21 Juni: Dua IDF tewas dalam penembakan di Gaza tengah. 22 Juni: Seorang warga Israel ditembak mati di Qalqily, di Tepi Barat. 22 Juni: Seorang tentara Israel yang bertempur di Rafah. 27 Juni: Komandan unit penembakan brigade Kefir tewas dalam ledakan di Jenin. 28 Juni: Seorang tentara IDF menembak dan membunuh seorang penembak Palestina selama pertempuran Rafah. 29 Juni: Dua tentara Israel bertempur di lingkungan Shejaiya di timur Kota Gaza.
(Tribunnews.com/GarudeaPrabawati)