TRIBUNNEWS.COM – Jenderal Angkatan Udara dan Ketua Kepala Staf Gabungan Amerika Serikat (AS) Charles Q. Brown, Jr., memperkirakan kondisi di perbatasan utara Israel, Wilayah Pendudukan Palestina, dan Lebanon selatan mulai menunjukkan bahwa risiko perang berkurang.
Charles Q. Brown, Jr. percaya bahwa risiko perang antara Hizbullah Lebanon dan Israel telah sedikit berkurang setelah bentrokan sengit dalam dua hari terakhir.
Dia baru saja kembali ke Amerika setelah kunjungan mendadak selama tiga hari ke Israel.
Sebelumnya, sang jenderal terbang ke Israel beberapa jam setelah Hizbullah melancarkan serangan besar-besaran pada Minggu (25/8/2024).
“Israel menyerang peluncur roket Hizbullah di Lebanon untuk mencegah serangan yang lebih besar,” katanya kepada Reuters, Selasa (27 Agustus 2024), merujuk pada saat Hizbullah meluncurkan ratusan roket dan drone ke Israel.
“Serangan Hizbullah hanyalah satu dari dua ancaman besar terhadap Israel yang terjadi dalam beberapa pekan terakhir,” lanjutnya merujuk pada risiko serangan Hizbullah dan Iran.
Selain Hizbullah, Iran mengancam akan melakukan serangan terhadap Israel setelah pembunuhan Ismail Haniyeh, kepala Biro Politik Hamas, di Teheran pada 31 Juli.
Ketika ditanya apakah risiko perang regional telah menurun, Brown berkata: “Ya, risiko tersebut telah sedikit menurun.”
“Ada dua hal yang Anda tahu akan terjadi. Yang satu sudah terjadi. Sekarang tergantung bagaimana hal lainnya terjadi,” kata Brown saat ia terbang keluar dari Israel.
Jenderal AS juga memperingatkan risiko serangan sekutu Iran, yaitu militan dari Irak, Suriah, dan Yordania, yang menyerang pasukan AS dan kelompok Houthi di Yaman.
Sebelumnya, Pemimpin Tertinggi Iran Ayatollah Ali Khamenei bersumpah akan membalas dendam kepada Israel atas pembunuhan Kepala Biro Politik Hamas Ismail Haniyeh pada 31 Juli di Teheran, Iran. Amerika Serikat siap membantu Israel melawan musuh-musuhnya
Dalam wawancara dengan Reuters, Jenderal AS Charles Q. Brown Jr. menekankan bahwa AS dapat membantu sekutunya Israel mempertahankan diri jika diserang musuh.
Menurutnya, militer AS lebih siap dari sebelumnya untuk melindungi Israel, mengacu pada serangan Iran ke Israel pada tanggal 14. bulan April sebagai tanggapan atas serangan udara Israel terhadap kedutaan Iran di Suriah di Damaskus pada tanggal 1 April 2024.
Komandan Pasukan Quds Iran, Muhammad Reza Zahedi, dan enam anggota Garda Revolusi Iran tewas dalam serangan di Damaskus.
Menanggapi serangan besar Iran saat itu, Israel bersama Amerika Serikat dan sekutu lainnya segera mengerahkan jet tempur dan berhasil menghancurkan hampir seluruh drone dan rudal yang diluncurkan Iran sebelum mencapai sasarannya.
Brown menekankan bahwa Amerika Serikat berada dalam posisi yang lebih baik dan sedang berusaha meningkatkan kemampuan militernya, lebih dari yang mereka lakukan dalam menangkis serangan Iran pada bulan April lalu, menurut The Times of Israel. Jumlah korban di Jalur Gaza
Saat ini Israel terus melakukan serangan di Jalur Gaza, jumlah korban tewas warga Palestina meningkat hingga lebih dari 40.435 orang, dan 93.534 lainnya luka-luka sejak Sabtu (7 Oktober 2023) hingga Selasa (27 Agustus 2024). dan 1.147 orang tewas di wilayah Israel, kata Aawsat.
Sebelumnya, Israel mulai mengebom Gaza setelah gerakan perlawanan Palestina Hamas melancarkan Operasi Banjir Al-Aqsa pada Sabtu (7 Oktober 2023) untuk melawan pendudukan dan kekerasan Israel di Al-Aqsa sejak tahun 1948.
Israel memperkirakan Hamas memiliki sekitar 120 sandera, hidup atau mati, di Jalur Gaza setelah menukar 105 sandera dengan 240 tahanan Palestina pada akhir November 2023.
(Tribunnews.com/Yunita Rahmayanti)
Berita lainnya terkait konflik Palestina vs Israel