Laporan wartawan Tribunnews.com Fawzi Alamsiah
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA – Adinda Thomas menjadi pemeran utama film 7ujuh Senja. Syuting rencananya akan berlangsung di Kaimana, Papua, pada 27 Juli 2024.
Menjadi pemeran utama Sandhya di film 7tuh Senja membuat Addinda Thomas harus mempersiapkan diri dengan matang. Keduanya tentang pendalaman peran dan adaptasi terhadap masyarakat Papua.
Maka Addinda Thomas menerapkan pola hidup sehat untuk menjaga kondisi fisiknya.
“Iya betul, kemarin aku mengikuti program hidup sehat selama 2 minggu dan berolahraga karena adegan Shandia kebanyakan di luar ruangan,” ujar Addinda Thomas saat jumpa pers film 7ujuh Senja I Leave Me di Kaimana. Di Kawasan Tebet, Jakarta Selatan, Kamis (11/7/2024).
Tak hanya itu, Addinda Thomas wajib mengonsumsi vitamin anti malaria. Pasalnya, proses syuting Addinda memakan banyak waktu untuk mengeksplorasi keindahan Cayman.
“Selain itu, mitra produknya telah mengembangkan vitamin untuk keamanan obat malaria,” ujarnya.
Disutradarai oleh sutradara Anwar Sani di APMM Productions, film ini bekerja sama dengan Selamasindo (Persatuan Negara Pulau dan Pesisir Indonesia).
Hal ini dirasa perlu untuk meningkatkan pariwisata di Kaimana, Papua Barat.
Selain Addinda Thomas, Anwar Sany juga mengumumkan nama-nama pemeran film 7ujuh Senja.
“Saya film otodidak dan mendapat dukungan dari Ainda Thomas, Randy Herpi, Riza Syah, Julian Khambu, Naura Hakim, Ian Williams dan lainnya untuk film layar lebar pertama saya. Kami mulai syuting pada 27 Juli 2024,” ujar Anwar Sani.
Segala persiapan untuk proses syuting di Kaimana Papua juga sudah selesai. Lalu ia membeberkan karakter yang ia perankan.
“Secara umum ibu saya orang Sunda dan ayah saya orang Kaimana, ayah saya orang Kaimana dan saya tinggal di ibu kota bersama ibu saya,” kata Addinda Thomas.
“Kisah itulah yang akhirnya membawa saya ke Caymana,” lanjutnya.
Sebagai referensi, film 7ujuh Senja sendiri berkisah tentang Sandhya (Adinda Thomas), seorang penyair muda yang mengalami writer’s block.
Saat ayahnya meninggal, Sandhya pergi ke Kaimana, Papua Barat untuk menghadiri pemakamannya.
Di sana dia menemukan jurnal ayahnya penuh dengan kenangan dan kebanggaan.
Dengan bantuan paman, saudara perempuan, dan pemuda setempat, Sandia mulai menjelajahi keindahan alam dan budaya Caymana.
Dalam perjalanan ini, Sandhya menemukan kembali inspirasi dan identitasnya sambil menyelesaikan konflik internal dan profesional.
Film ini tentang penemuan diri, keindahan budaya Papua dan pentingnya kekeluargaan dan persahabatan.