Jelang Pilpres Iran Putaran Kedua, Pezeshkian dan Jalili Berdebat Sengit terkait Visi Misi Ekonomi

TRIBUNNEWS.COM – Jelang putaran kedua pemilihan presiden Iran 2024 dimulai pada 5 Juli 2024, dua bakal calon, Massoud Pezeshkian dan Saeed Jalili, akan kembali ancang-ancang dalam debat terakhir yang disiarkan televisi Iran pada Selasa. (7 Februari 2024).

Perdebatan yang berlangsung tiga hari sebelum pemungutan suara ini fokus pada isu ekonomi.

Seperti dikutip Tribunes IRNA, keduanya bertemu pada Selasa malam untuk berbagi pandangan mengenai rencana ekonomi jika terpilih menjadi kepala eksekutif negara.

Selama diskusi, Pozeshkian dan Jalili bertukar pandangan mengenai sanksi ekonomi Iran, inflasi, pembangunan perumahan dan memaparkan rencana masing-masing untuk memecahkan masalah-masalah mendesak ini.

Menanggapi topik ini, Pezheshkiyan berbicara tentang cara melawan sanksi dan pembatalannya.

“Saya akan menerapkan Undang-Undang Tindakan Strategis Parlemen untuk mencabut sanksi,” kata Pezheshkian, seraya menyebut undang-undang yang mengharuskan penarikan diri dari perjanjian nuklir tahun 2015 merupakan tekanan terhadap negara-negara Barat untuk melakukan sanksi ilegal.

Perdebatan sengit mengenai kebijakan luar negeri terjadi di antara kedua negara yang bersaing.

Pezheshkiyan sendiri menekankan perlunya dialog dengan peserta JCPOA lainnya (kesepakatan nuklir Iran dengan Barat) untuk mencabut sanksi dari negara-negara Barat guna membantu perekonomian.

Jalili membela kebijakan luar negeri yang diambil oleh mendiang Presiden Ibrahim Raisi dan mengatakan sanksi dapat dinetralisir jika Iran dapat meningkatkan hubungan dengan tetangganya di Afrika dan Asia.

“Barat berhutang banyak kepada Iran dalam hal sanksi dan JCPOA,” ujarnya.

Jalili menambahkan bahwa pemerintahannya akan memaksa negara-negara Barat untuk mencabut sanksi tersebut, dan menetralisir konsekuensinya.

“Meskipun ada keterbatasan, ada banyak peluang dan potensi untuk berkembang.” – lanjut Jalili.

Dalam debat tersebut, kedua kandidat saling tuding tidak menyelesaikan sanksi

Jalili, khususnya, menuduh Pozeshkian berniat memberikan konsesi tambahan tanpa mendapatkan imbalan apa pun.

“Kamu masih belum mengambil keputusan.” Jalili mengejek Pozeshkiana.

Pazeshkyan, di sisi lain, menyalahkan situasi saat ini di negara tersebut pada kepemimpinan negara yang tidak kompeten, bodoh, dan tidak kompeten.

“Saya berusaha berjuang agar tidak ada keluarga Iran yang mengkhawatirkan anak-anak mereka.” Pezheshkian melanjutkan

Perdebatan kedua rival dalam pemilu presiden Iran kemudian menyentuh topik biaya hidup, konsumsi dan tekanan terhadap masyarakat, serta langkah-langkah yang akan mereka ambil untuk membawa rakyatnya keluar dari situasi ekonomi yang buruk saat ini.

Jalili mengatakan makro merupakan cara terbaik untuk melibatkan masyarakat dalam perencanaan nasional.

“Kita harus mempercayai masyarakat dan membiarkan mereka mengatur konsumsinya sendiri.” ujar Jalili

Menjawab pertanyaan tersebut, Pezheshkiyan menyalahkan intervensi pemerintah atas buruknya kinerja pasar saham.

Pezheshkian kemudian mengatakan jika pemerintah mengira bisa menutupi defisit anggaran dengan mengorbankan pasar saham, itu salah.

(Tribunnews.com/Bobby)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *