TRIBUNNEWS.COM – Akhir-akhir ini ramai diperbincangkan di media sosial tentang seruan penarikan uang dari bank. Salah satu postingan seorang ibu – yang merupakan nasabah sebuah bank nasional – menyebutkan bahwa beberapa orang telah kehilangan uang jutaan dolar.
Video dari akun TikTok @widia_pengmatpolitik menyebutkan, kasus hilangnya uang ini akibat dampak dari penyaluran bantuan sosial.
“Dampak pemilu yang membutuhkan uang untuk serangan bansos dan sebagainya. Segala cara diperbolehkan untuk membantu pemerintah yang merusak demokrasi, kata pemilik video tersebut.
Bank BRI pun menegaskan bahwa video yang beredar adalah hoax dan pemiliknya meminta maaf melalui akun Instagram @rama_news. Meski demikian, masyarakat tetap diimbau untuk menjaga privasi data pribadinya.
Tidak hanya itu, kejahatan tersebut juga dapat dilakukan karena alasan lain. Terkadang orang secara sengaja atau tidak sengaja membagikan PIN dan kartu ATM kepada teman atau saudara, memberikan OTP kepada orang asing melalui telepon, atau mengunduh apk secara tidak sengaja. Berupa undangan pernikahan, kurir pengantaran parsel dan ticketing digital.
Pola kejahatan seperti ini biasa disebut dengan rekayasa sosial atau soseng.
Apa itu kejahatan Soseng?
Dilaporkan oleh Carnegie Mellon University, serangan rekayasa sosial, juga dikenal sebagai kejahatan peretasan, adalah upaya untuk memanipulasi, mempengaruhi, atau menipu korban untuk mendapatkan kendali atas sistem komputer. Penjahat menargetkan informasi pribadi dan keuangan mereka melalui manipulasi psikologis.
Singkatnya, pelaku mengintimidasi atau mempercayai sepenuhnya seseorang untuk mencuri uang dari rekening bank. Contoh sederhana dari situasi ini adalah panggilan palsu ke departemen TI dan menyamar sebagai karyawan perusahaan.
Korban kemudian akan dimintai kata sandi, dikirimi email phishing yang terlihat seperti email resmi perusahaan, menerima informasi login seluler, atau bahkan diserang langsung di lokasi fisik.
Untuk kasus terakhir ini, penipu biasanya berpura-pura menjadi supir pengantaran, CS atau kasir yang datang langsung, atau pegawai kustodian (penyedia aset, bunga, transaksi, dan sebagainya).
Bagaimana menghindari kejahatan Soseng
Karena saseng melibatkan manipulasi psikologis untuk melakukan kejahatan, maka penting bagi setiap orang untuk meningkatkan kesadaran diri. Hal pertama yang harus diperkenalkan adalah selalu bersikap kritis dan curiga terhadap tawaran dan hadiah yang diberikan.
Modus penipuan ini juga mulai membuat panik korbannya karena ancaman seperti biaya tambahan, pemblokiran ATM dan rekening, ketidakmampuan melakukan transaksi, dll. BRI Sauseng memberikan delapan poin penting untuk pencegahan kejahatan. Apa pun? Abaikan pesan dari nomor tak dikenal. Hanya saja, jangan klik tautan pesan langsung di email, WhatsApp, dan aplikasi obrolan atau media sosial lainnya. Konfirmasi ulang nama merchant saat bertransaksi menggunakan QRIS. Itu tidak mengunduh file .apk palsu. Jika Anda terus mengklik file .apk palsu, segera nonaktifkan koneksi data seluler dan WiFi di perangkat, lalu hapus instalan file tersebut. Hapus data dan cache aplikasi palsu. Jaga kerahasiaan data pribadi (username, PIN, OTP, nomor CVV dan password). Segera hubungi BRI 1500017 untuk melaporkan adanya tanda-tanda penipuan.
BRI juga meminta seluruh nasabah untuk tidak mudah percaya pada pihak yang menawarkan layanan yang tidak jelas rekam jejaknya. Jadi pastikan dan cek langsung keabsahannya.
Sistem perbankan dilengkapi dengan fitur keamanan. Namun kehati-hatian sebelum menerima panggilan dan membuka file serta aplikasi adalah kunci perlindungan konsumen. Karena keselamatan kita juga merupakan tanggung jawab kita
Untuk pengaduan hubungi BRI segera hubungi 1500017 atau chat Sabrina melalui WhatsApp di 0812 1214 017.