TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA – Usai salat di Masjid Nooralaman, Peram Kelisi Andah, jenazah Brigjen Ridal Ali Tami (RAT) dimakamkan di pemakaman umat Islam di Kelisi, Minhasa, Sulawesi Utara.
Istri Brigadir RAT menjerit saat jenazah diturunkan ke dalam kubur. Istri Brigadir RAT Navita Hussain menangis hingga pingsan.
Melihat situasi tersebut, banyak kerabat dan kerabat dekat yang berusaha mendukungnya. Beberapa orang mencoba mengoleskan minyak kayu putih ke hidung.
Dalam keadaan lemahnya, Navita memanggil nama seorang anak laki-laki bernama Adam.
“Adam, Adam, Adam,” Novita memanggil putranya.
Setelah Navita, Adam datang bersama putranya. Keluarga yang datang melayat pun memeluk Navita Hussain sambil menangis.
“Ali orang baik,” kata salah satu pelayat di rumah duka.
Peti mati Brigjen Ridal Ali Tami tertinggal di pesawat kargo Indonesia. 02:27 WIT dari Bandara Soekarno-Hatta dan tiba di Bandara Sam Ratulangi di Mando sekitar pukul 06:34 WIT.
Jenazah Brigadir Ridal Ali Tami (RAT) dimakamkan di pemakaman umat Islam di Desa Kelsey 1, Menhasa, Sulawesi Utara, rumah duka masih dipenuhi pelayat.
Pantauan Tribun di rumah duka di kawasan pemukiman Kalsi Anda, terlihat beberapa warga berbincang dan ada pula yang sedang membersihkan kursi tegak dan halaman.
Rudy, salah satu kerabatnya, menceritakan kisah Brigjen RAT. Dikatakannya, Brigadir RAT merupakan pribadi yang baik dan ramah.
“Dia juga suka bercanda dengan warga di sini,” kata Roddy saat ditemui di rumah duka. Novita Hussain, istri Brigadir Ridal Ali Tami, menangis pada Minggu (28/04-2024). Navita pun kaget saat jenazah suaminya dikremasi. Dia menangis sampai dia pingsan. (Mandu Tribun/Randi Umar) Ast.Polri
Polres Manado mengklaim Brigjen Ridal Ali Tami (RAT) tidak menjelaskan apa pun saat mengajukan izin ke Jakarta, termasuk kabar dirinya menjadi anggota Polisi Wanita (Pulwan) sebagai asisten.
Kabid Humas Polda Manado Ipada Agus Hariono menjelaskan, Brigjen RAT hanya menyuruh pihaknya menjenguk kerabatnya di Mampang Prapatan, Jakarta Selatan.
“Tidak, tidak ada penjelasan lain (selain izin mengunjungi kerabat di Jakarta). Kalau kita minta izin ke rumah saudara, seperti yang kita tahu,” kata Agus.
Meski demikian, Agus mengatakan, pihaknya bersama Polres Metro Jakarta Selatan masih menyelidiki kematian Brigjen RAT yang diduga bunuh diri.
“Untuk lainnya masih perlu diperluas. Dari Polres Metro Jakarta Selatan masih kita selidiki,” tutupnya.
Kabar Brigjen RAT menjadi Asisten Polisi dibagikan istrinya Navita Hussain.
Menurut Novita, suaminya pamit bekerja sebelum berangkat ke Jakarta di Manado, Sulawesi Utara.
“Katanya dia pergi ke Jakarta untuk jadi pembantu. Saya tahu bosnya polisi yang membawanya ke Jakarta,” kata Novita.
Namun, dia enggan membeberkan nama atasan suaminya tersebut.
“Maaf,” lanjutnya.
Ia menambahkan, sebelum diketahui meninggal dunia, suaminya telah mempercayakan tugas tersebut kepadanya. Dari pernyataan tersebut, Novita mengetahui suaminya sudah tidak nyaman lagi bekerja dengan atasannya.
“Di telepon, korban bilang sudah tidak nyaman lagi bekerja di sana. Saya tidak tahu maksudnya,” ujarnya. Kontraktor penambangan
Indra Pritama, pemilik rumah di Jalan Mampang Prapatan IV Nomor 20, Jakarta Selatan, mengaku mengenal pria tersebut bernama Brigadir Ridal Ali Tami alias Manadopolis dari RAT.
Korban mengaku mengenalnya saat mengunjungi Mando di Solosi Utara (Salut) untuk bekerja.
“(Terkenal) waktu datang ke Manado. Iya, soal pekerjaan. Lupa tahunnya. Pokoknya begitu,” kata Indira. Indra Pratama, Jalan Mampang Prapatan IV Nomor 20, pemilik rumah di Jakarta Selatan tempat Brigadir Ridal Ali Tami alias RAT meninggal, diduga bunuh diri, berbicara, Sabtu (27-4/2024). (Tribunnews.com/Abdi Ryanda Shakti)
Namun, dia menolak menjadikan korban sebagai pengawalnya. Dia tidak memberikan misi apa pun kepada korban.
“Tidak ada, tidak ada, tidak (aman) memang saya kenal dia ya, tapi tidak ada misi di dalamnya,” ujarnya.
Indra Pritama, penghuni rumah di Jalan Mampang Prapatan IV Nomor 20, Jakarta Selatan tempat Brigadir Ridal Ali Tami alias RAT meninggal, juga menolak menyewakan rumah tersebut.
Ia mengaku rumah mewah itu adalah rumah pribadinya.
“Rumahku, rumahku.” Tidak (menyewa),” kata Indira.
Ia membenarkan Brigjen RAT memang sempat menjenguk kejadian tersebut dan menginap di rumahnya selama seminggu setelah kematiannya. Namun, ia menyebut kedatangan Brigjen Rott hanya untuk menjalin silaturahmi.
“Oh tidak, dia baru seminggu di sini. Tujuan dia ke sini adalah silaturahmi, tidak lebih dan tidak kurang,” ujarnya. Polres Metro Jakarta Selatan dibantu Polda Metro Jaya menelusuri TKP di lokasi tewasnya anggota Polres Manado Brigadir Ridal Ali Tami (RAT) yang bunuh diri di dalam mobil di Mambang Prapatan, Jakarta Selatan. , Jumat (26-04-2024). (Dr.Polres Metro Jakarta Selatan)
Tribun mencoba mencari tahu siapa pemilik rumah tersebut. Alhasil, rumah tersebut milik mendiang Fahmi Idris, politikus Partai Golkar dan mantan Menteri Perindustrian di Kabinet Indonesia Bersatu.
Seorang satpam di kompleks perumahan dekat rumah bernama Sirani membenarkan bahwa rumah tersebut milik mendiang Fahmi Idris.
“Iya, rumahnya Fahmi Idris,” kata Siriani saat ditemui di lokasi kejadian.
Namun, ia mengetahui rumah tersebut disewakan atau disewakan, meski ia tidak mengetahui siapa yang menyewakannya.
Informasi itu didapat Suryani setelah bertanya kepada mantan satpam yang langsung menjaga rumah tersebut.
“Aku bertanya baru-baru ini. Pak, apakah kontrak ini dijual? Perjanjiannya untuk empat tahun,” kata Siriani seperti dikutip.
“Saya baru ngobrol dengan (mantan) satpam kemarin,” imbuhnya.
Ia juga mengatakan, masyarakat sekitar mengetahui rumah tersebut milik Fahmi Idris karena banyak terdapat vas bunga saat Fahmi meninggal pada tahun 2022.
“Dari satu ujung ke ujung lainnya,” katanya.
Selain itu, Fahmi Idris dikenal dermawan dalam hidupnya dan membantu orang-orang di sekitarnya.
“Semua orang tahu kalau rumah ini milik Fahmi Idris. Dulu dia menyantuni anak yatim piatu setiap hari Jumat.
Selain itu, salah satu pegawai yang pernah mengurus rumah selama Fahmi Idris masih hidup, Saharal mengatakan, rumahnya saat ini disewakan kepada orang lain.
Ia kini sedang mengurus rumah kosong yang masih milik keluarga Fahmi Idris, tak jauh dari rumah.
“Iya kalau tidak salah (rumahnya) tidak dibeli, sepertinya masih terikat kontrak,” ujarnya.
Suhriyal mengatakan, rumah tersebut sudah dihuni orang lain selain keluarga Fahmi Idris selama dua tahun terakhir.
“Mungkin dua tahun.” Lalu kalau dia meninggal, kontraknya tidak akan bertahan lama,” ujarnya.
Tribun sudah mencoba mengonfirmasi hal tersebut kepada anak Fahmi Idris, Fahmi Idris.
Namun hingga artikel ini diterbitkan, Fahira Idris belum memberikan tanggapan terkait kepemilikan rumah tersebut saat ini (Tribun Network/abd/fah/wly).