TRIBUNNEWS.COM – Israel gelisah setelah menerima ancaman serangan dari Iran dan Hizbullah.
Israel telah melakukan beberapa persiapan, termasuk menyimpan persediaan darah dan obat-obatan di fasilitas bawah tanah yang aman dan merelokasi pabrik bahan berbahaya.
Reuters melaporkan pada hari Kamis (8) bahwa “puluhan ribu migran telah dievakuasi dari utara, yang berada dalam jangkauan rudal Hizbullah sejak perang dimulai, dan pemerintah kota sedang memeriksa tempat penampungan dan pasokan air.” .
Banyak pemukiman Israel di sepanjang perbatasan utara kini kosong.
Menurut pemerintah Israel di perbatasan utara, pemboman jarak jauh dari persenjataan rudal Hizbullah dapat menembus jauh ke dalam Israel.
Mereka berharap serangan itu akan mengenai sasaran-sasaran sensitif seperti kota pesisir utara Haifa yang sama sekali tidak dapat diakses.
“Penarikan pasukan secara besar-besaran adalah skenario lain yang sedang dipersiapkan oleh pihak berwenang,” katanya.
Sebelumnya, Presiden Iran Masoud Peseshkian menegaskan bahwa Iran berhak memberikan tanggapan yang sesuai terhadap kejahatan Israel yang menduduki Teheran.
“Iran tidak akan tinggal diam dalam menghadapi serangan terhadap kedaulatannya,” kata Massoud Peseshkian saat menelepon Presiden Prancis Emmanuel Macron, Rabu (7/8/2024).
Sementara itu, Sekretaris Jenderal Hizbullah Hassan Nasrallah pada Selasa (6/8/2024) menegaskan bahwa respons Hizbullah akan datang dan apa pun konsekuensinya akan kuat dan efektif.
Dia mengancam Israel bahwa Hizbullah akan merespons sendiri atau menghadapi respons penuh dari poros pertahanan.
Al Mayadeen mengutip pernyataan Hassan Nasrallah: “Pertahanan berperilaku berani dan hati-hati. Penantian Israel selama seminggu adalah bagian dari hukuman.”
Israel sekarang mewaspadai serangan balik Iran dan Hizbullah.
Sebelumnya, Israel membunuh Komandan Hizbullah Fuad Shuk dalam serangan udara di Beirut, Lebanon, pada Selasa malam (30 Juli 2024), dan membunuh Hazrat al-Haq dalam ledakan di Teheran, Iran, pada Rabu (31/7). Ismail Haniyah. /7/2024) dini hari. Korban tewas di Gaza
Saat ini Israel masih terus menyerang Jalur Gaza. Jumlah korban tewas warga Palestina sejak Sabtu (10/7/2023) hingga Rabu (8/7/2024) meningkat menjadi lebih dari 39.677 orang, dengan 91.645 orang luka-luka. Kantor berita Anadolu menyebutkan 1.147 orang tewas di Israel.
Israel mulai mengebom Jalur Gaza pada Sabtu (10 Juli 2023) setelah gerakan perlawanan Palestina Hamas melancarkan Operasi Banjir Al-Aqsa sebagai tanggapan atas pendudukan dan kekerasan Israel sejak tahun 1948.
Israel memperkirakan Hamas masih menyandera sekitar 120 sandera, hidup atau mati, di Jalur Gaza setelah menukar 105 sandera dengan 240 tahanan Palestina pada akhir November 2023.
(Tribunnews.com/Unitha Rahmayanti)
Berita lainnya terkait konflik Palestina-Israel