Israel Tak Bisa Santai, Pejabat Pasukan Quds Iran Yakin Hizbullah Punya Jutaan Rudal Canggih

TRIBUNNEWS.COM – Perwakilan Pasukan Quds Iran mengatakan kelompok Hizbullah Lebanon memiliki lebih dari satu juta rudal dari berbagai jenis.

Koleksi rudal Hizbullah mencakup rudal berpemandu presisi, roket Katyusha yang dimodifikasi agar lebih akurat, dan rudal anti-tank.

Surat kabar Foreign Policy melaporkan bahwa perbatasan antara Lebanon selatan dan Israel utara, wilayah Palestina yang diduduki, telah menjadi titik antara Hizbullah dan Israel sejak 8 Oktober 2023, ketika Hizbullah menyatakan konfrontasi melawan Israel.

Dengan latar belakang membela rakyat Palestina dari agresi Israel di Jalur Gaza, Hizbullah telah mengintensifkan serangannya terhadap Israel selama berbulan-bulan.

Hizbullah dan Israel pernah berperang di masa lalu, namun kali ini Hizbullah jauh lebih maju dibandingkan sebelumnya, kata laporan Foreign Policy.

“Salah satu perbedaan antara konfrontasi saat ini dan konfrontasi tahun-tahun sebelumnya adalah Hizbullah telah mengumpulkan cukup kemampuan selama dekade terakhir untuk menimbulkan ancaman strategis bagi Israel,” lapor Foreign Policy pada Rabu (6/12/2024). Hizbullah punya jutaan senjata canggih

Dalam sebuah wawancara dengan Foreign Policy, seorang pejabat Pasukan Quds Iran yakin Hizbullah memiliki jutaan rudal.

Pasukan Quds Iran adalah cabang dari Angkatan Darat Iran/Korps Pengawal Revolusi Iran (IRGC) yang bertanggung jawab untuk mengembangkan hubungan dengan kelompok bersenjata di luar Iran.

“Hizbullah kini memiliki lebih dari satu juta rudal dari berbagai jenis, termasuk roket berpemandu presisi dan roket Katyusha yang dimodifikasi agar lebih akurat, serta rudal anti-tank,” kata pejabat itu.

Foreign Policy juga mengungkap beberapa senjata Hizbullah yang digunakan dalam perang melawan Israel.

Senjata-senjata ini termasuk drone bunuh diri dan drone berpeluncur roket Rusia yang memungkinkan serangan udara dari dalam Israel.

Selain itu, ada juga rudal jenis Iran bernama “Almas” yang dilengkapi kamera.

Model roketnya terinspirasi dari roket Spike Israel.

“Senjata tersebut mengubah jalannya pertempuran karena para pejuang Hizbullah mampu memukul mundur serangan Israel,” kata Foreign Policy.

Jika melihat pengumuman harian kedua belah pihak, keduanya menyatakan hanya menyasar sasaran militer, meski beberapa serangan mereka ada yang mengenai warga sipil.

Keterbatasan tujuan militer ini menunjukkan bahwa keduanya menghindari pertempuran skala besar.

Di sisi lain, Israel mungkin mempertimbangkan untuk memperluas perlawanan terhadap Hizbullah ketika pasukannya gagal menghancurkan Gerakan Perlawanan Islam Palestina (Hamas) di Jalur Gaza.

Sementara itu, Hizbullah masih rutin menyerang Israel di utara, namun berjanji akan menghentikan serangan tersebut jika Israel mencapai gencatan senjata dengan Hamas di Jalur Gaza, suatu syarat yang ditolak Israel. Jumlah korban

Ketika Israel melanjutkan serangannya di Jalur Gaza, jumlah korban tewas warga Palestina meningkat menjadi lebih dari 37.124 orang dan 84.712 lainnya luka-luka antara Sabtu (10/07/2023) hingga Selasa (11/06/2024) hingga 1.147 orang. Meninggal di wilayah Israel, Anadolu melaporkan.

Sebelumnya, Israel mulai melakukan pengeboman di Jalur Gaza setelah gerakan perlawanan Palestina Hamas melancarkan Operasi Banjir Al-Aqsa pada Sabtu (7/10/2023) untuk melawan pendudukan dan kekerasan Israel di Al-Aqsa.

Israel memperkirakan sekitar 120 sandera baik hidup maupun mati dan masih ditahan Hamas di Jalur Gaza setelah menukar 105 sandera dengan 240 tahanan Palestina pada akhir November 2023.

Sementara itu, lebih dari 8.000 warga Palestina masih berada di penjara Israel, menurut laporan The Guardian pada bulan Desember 2023.

(Tribunnews.com/Junita Rahmayanti)

Berita lainnya terkait konflik Palestina vs Israel

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *