Israel ‘Panasi Mesin’ untuk Serang Rafah, Brigade Nahal Ditarik Dulu dari Gaza untuk Dilatih

TRIBUNNEWS.COM – Pasukan Pertahanan Israel (IDF) mengumumkan penarikan Brigade Nahal dari Jalur Gaza.

Brigade Nahal ditarik untuk persiapan operasi militer, termasuk serangan darat besar-besaran di kota Rafah yang kemudian dilakukan Israel.

I24 News memberitakan, Brigade Nahal telah beroperasi di koridor Netzarim selama tiga bulan terakhir.

Tentara disebut-sebut memainkan peran penting di wilayah Be’eri di Israel selatan di Jalur Gaza. Nahal membantu operasi IDF di Gaza utara dan tengah.

Koridor Netzarim penting karena tidak hanya menjadi jalur bantuan kemanusiaan, tetapi juga sebagai pengatur akses bagi warga Palestina yang kembali ke Gaza utara.

Di koridor ini, IDF telah mendirikan tiga pangkalan untuk memfasilitasi serangan di Gaza utara dan tengah.

Pasca penarikan Brigade Nahal, dua brigade cadangan yaitu Brigade Lapis Baja ke-679 “Yiftah” dan Brigade Infanteri ke-2 “Carmeli”, menjalankan tugas brigade di Gaza bagian tengah.

Kepergian tentara berarti masa perubahan. Beristirahat, Nahal menjalani pelatihan militer atau “pemanasan” untuk mempersiapkan serangan Israel berikutnya.

Pada saat yang sama, media penyiaran Israel KAN melaporkan bahwa tentara Israel kini berencana menyerang Rafah dalam waktu dekat.

Ribuan orang akan dievakuasi di Rafah selama serangan tersebut.

Pekan lalu, juru bicara pemerintah Israel mengatakan Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu telah menetapkan tanggal invasi ke Rafah.

Rafah kini menjadi satu-satunya kota di Gaza yang belum terkena serangan darat Israel.

Pada Rabu (24 April 2024), Kepala Staf IDF Jenderal Herzi Halevi melakukan perjalanan ke Kairo, Mesir, bersama Kepala Dinas Keamanan Shin Bet.

Keduanya dikabarkan membahas kekhawatiran Mesir terhadap rencana serangan Israel di Rafah.

Rafah kini menjadi rumah bagi lebih dari satu juta pengungsi. Ada kekhawatiran serangan itu bisa memicu aliran pengungsi Palestina ke Mesir.

Sehari sebelumnya, Associated Press melaporkan bahwa tenda baru telah didirikan di dekat Khan Younis.

Surat kabar Haaretz melaporkan bahwa Mesir berada di balik layar. Menurut media, tenda-tenda tersebut digunakan untuk persiapan serangan IDF di Rafah.

Israel sebelumnya mengklaim pihaknya mengevakuasi warga sipil sebelum melancarkan serangan.

Amerika Serikat (AS), sekutu dekat Israel, berulang kali menolak rencana penyerangan Rafah. AS menilai serangan itu bisa memperburuk krisis kemanusiaan di Gaza. Tingkatkan serangan

Israel mengintensifkan serangan udaranya di Rafah sebelum menyerbu kota tersebut.

Pejabat medis di Gaza mengatakan Israel melakukan lima serangan pada Kamis (25/04/2024).

Serangan tersebut merusak sedikitnya tiga rumah dan menewaskan sedikitnya enam orang, termasuk seorang jurnalis lokal.

“Kami prihatin dengan apa yang akan terjadi di Rafah. Tingkat kewaspadaan sangat tinggi,” kata Duta Besar Palestina untuk Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) Ibrahim Khraishi kepada Reuters, Kamis.

“Beberapa orang pergi, mereka takut dengan keluarga mereka, tapi ke mana mereka bisa pergi? Mereka tidak seharusnya pergi ke utara dan mereka dikurung di wilayah yang sangat kecil.”

Jalur Gaza, yang panjangnya sekitar 40 km dan lebar 5 km hingga 12 km, dikenal sebagai salah satu wilayah terpadat di dunia.

Israel juga kembali mengebom Gaza utara dan tengah, serta Khan Younis di selatan.

Perang di Gaza sudah berlangsung hampir 7 bulan. Pada hari Kamis, pihak berwenang di Gaza mengatakan Israel telah membunuh sedikitnya 34.305 warga Palestina.

Sebagian besar dari 2,3 juta penduduk Gaza kini terpaksa menjadi pengungsi. Mereka kekurangan makanan, air, dan layanan kesehatan.

(Tribunnews/Februari)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *