Israel Kerahkan Pasukan, 450 Ribu Warga Terpaksa Tinggalkan Rafah, Hadapi Kelaparan dan Ketakutan

TRIBUNNEWS.COM – Tentara Israel mulai mengerahkan pasukan di dekat kota Rafah di Gaza selatan.

Badan PBB untuk Pengungsi Palestina, UNRWA, mengatakan Israel telah merebut perbatasan dan memerintahkan evakuasi.

Hingga 6 Mei 2024, sekitar 450.000 orang terpaksa meninggalkan Rafah.

“Masyarakat terus-menerus menghadapi kelelahan, kelaparan, dan ketakutan,” kata UNRWA, Selasa (14 Mei 2024), Al Jazeera.

“Tidak ada tempat yang aman. Gencatan senjata segera adalah satu-satunya harapan,” kata UNRWA.

Associated Press News melaporkan bahwa sebanyak 100.000 orang telah menemukan perlindungan di Gaza utara.

Israel, yang memerangi kebangkitan kembali Hamas di wilayah yang dibom dan dibersihkan oleh pasukan darat pada awal perang, telah memerintahkan evakuasi baru di wilayah utara.

Ini berarti hampir seperempat dari 2,3 juta penduduk Gaza menjadi pengungsi dalam waktu seminggu sejak pecahnya perang antara Israel dan Hamas, yang telah berlangsung selama lebih dari tujuh bulan.

Diperkirakan 1,3 juta orang mengungsi di Rafah sebelum Israel melancarkan serangannya ke kota tersebut, yang dianggap sebagai benteng terakhir Hamas.

Pasukan Israel juga memerangi militan Hamas di Gaza utara, tempat mereka melancarkan operasi besar pada awal perang.

Pertempuran di Rafah telah menyebabkan dua titik persimpangan utama di Gaza selatan sebagian besar tidak bisa dilalui.

Sementara itu, jalur ke utara yang baru dibuka tidak banyak membantu.

Badan-badan bantuan mengatakan mereka berjuang untuk menyediakan persediaan makanan, tenda dan selimut yang semakin menipis bagi masuknya pendatang baru.

Israel, sebaliknya, menggambarkan Rafah sebagai benteng terakhir Hamas di Gaza dan mengatakan mereka harus beroperasi di sana untuk mengalahkan kelompok tersebut.

Israel juga berupaya mengembalikan beberapa sandera yang disandera dalam serangan 7 Oktober 2023 yang memicu perang.

Serangan Israel di Gaza tengah antara tadi malam hingga Selasa menewaskan 12 orang, kata para pejabat Palestina.

Tidak ada makanan yang memasuki dua titik penyeberangan utama di Gaza selatan selama seminggu terakhir.

Menurut PBB, 1,1 juta warga Palestina di Gaza menghadapi kelaparan ekstrem dan berada di ambang kelaparan, dan kelaparan massal terus berlanjut di wilayah utara.

Tujuh bulan pemboman dan operasi darat Israel di Gaza telah menewaskan lebih dari 35.000 orang, sebagian besar perempuan dan anak-anak, kata pejabat kesehatan setempat.

Sebelumnya, perang pecah pada 7 Oktober ketika Hamas menyerang Israel selatan, menewaskan sekitar 1.200 orang, sebagian besar warga sipil, dan menculik sekitar 250 orang.

Israel mengklaim Hamas masih menyandera sekitar 100 orang dan lebih dari 30 orang. Warga Palestina yang mencari perlindungan di Deir al-Balah setelah melarikan diri dari Rafah di Jalur Gaza selatan mengisi kendi air di kamp darurat pada 12 Mei 2024.

Perang di Gaza telah menewaskan lebih dari 35.000 warga Palestina, menurut pejabat kesehatan setempat.

Ini menjadikannya pertempuran paling berdarah dalam sejarah konflik tersebut.

Perang telah memaksa sekitar 1,7 juta warga Palestina, sekitar tiga perempat dari populasi wilayah tersebut, meninggalkan rumah mereka.

Jumlah ini dua kali lipat dari jumlah pengungsi yang melarikan diri sebelum dan selama perang tahun 1948.

(Tribunnews.com/Nuryanti)

Berita lain tentang konflik Israel-Palestina

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *