TRIBUNNEWS.COM – Israel kembali menyerang di ibu kota Lebanon, Beirut, Kamis dini hari (3/10/2024).
Ini merupakan serangan kedua terhadap ibu kota Lebanon sejak dimulainya pertempuran dengan Hizbullah tahun lalu.
Seorang koresponden Al Jazeera di lapangan mengatakan tiga ledakan besar terjadi di Dahiye, pinggiran selatan Beirut.
Daerah ini merupakan daerah yang sama dimana pemimpin Hizbullah Hassan Nasrallah dibunuh bulan lalu.
Akibat serangan ini, Kementerian Kesehatan Lebanon menyebutkan sedikitnya 5 orang tewas dan puluhan lainnya luka-luka.
Sebaliknya, total 46 orang tewas di Lebanon dan 85 lainnya luka-luka dalam serangan Israel tersebut.
Nomor ini didaftarkan dalam 24 jam terakhir, kata pesan itu.
Serangan itu terjadi di wilayah selatan Nabataba, Bekaa, Baalbek-Hermel dan Lebanon utara. Sebuah pesan yang diposting di media sosial, dikonfirmasi oleh Al Jazeera, menunjukkan dampak serangan Israel di Dahiyeh, Beirut, Lebanon (Video.
Sebelum serangan udara di Beirut, pejuang Hizbullah terlibat pertempuran darat dengan pasukan Israel pada Rabu (2/10/2024).
Menurut surat kabar The New Arab, sekelompok pendukung Iran mengatakan bahwa mereka menghancurkan tiga tank Merkava dengan roket, sementara tentara Israel bergerak menuju desa Maroun al-Ras di perbatasan.
Bentrokan juga terjadi di sekitar kota Adayseh, Yaroun dan Kfar Kela.
Hizbullah mengatakan mereka menggunakan berbagai jenis bahan peledak, senapan mesin, dan roket untuk mencegah masuknya Israel.
Di sisi lain, tentara Israel mengumumkan kematian delapan tentara dan melukai banyak lainnya.
Ini adalah kekalahan tempur pertamanya sejak serangan perbatasan pada Selasa pagi.
Selain itu, Israel sedang mempersiapkan perang melawan Iran.
Israel telah berjanji untuk memberikan kompensasi kepada Iran atas 200 rudal balistik yang ditembakkan ke Tel Aviv, Israel selatan dan sasaran lainnya pada Selasa malam.
Iran mengatakan pihaknya menggunakan rudal balistik untuk menargetkan tiga pangkalan militer dan markas Mossad sebagai pembalasan terhadap mantan pemimpin politik Hamas Ismail Haniyeh, mantan sekretaris Hizbullah Hassan Nasrallah, dan komandan Pasukan Quds IRGC Jenderal Abbas Nilforoushan. Pakar: Tentara Israel akan menghadapi musuh yang lebih kuat di Lebanon daripada di Gaza
Elijah Magnier, seorang analis militer dan politik, mengatakan Israel akan menghadapi musuh yang lebih siap dan lengkap di Lebanon selatan dibandingkan Hamas di Gaza.
“Saya pikir Israel memahami bahwa Hizbullah adalah kekuatan yang tangguh, tidak seperti Hamas dan perlawanan Palestina di Gaza,” kata Magnier kepada Al Jazeera.
Pasukan Palestina di Gaza memproduksi senjata mereka sendiri, yang pada gilirannya “lebih mendasar” daripada apa yang diterima kelompok Lebanon dari Iran dan Suriah, kata Magnier.
Hingga saat ini, tentara Israel masih melakukan uji lapangan dengan melakukan penyelidikan wajib untuk mengetahui apakah Hizbullah benar-benar siap melancarkan perang skala penuh melawan Israel.
Karena Hizbullah telah menunjukkan tingkat kesiapan yang tinggi, tentara Israel akan menggunakan lebih banyak kekuatan udara, katanya.
Namun hal itu mungkin sulit dilakukan karena Israel tidak bisa mengerahkan angkatan udaranya saat pasukan daratnya sedang bergerak, dan tank-tanknya berada di wilayah pasukan khusus Hizbullah.
(Tribunnews.com, Tiara Shelavie)