TRIBUNNEWS.COM – Pada Selasa (18 Juni 2024), Hizbullah Lebanon merilis rekaman video yang diambil oleh drone pengintai udara Hubo di wilayah pendudukan Palestina utara dan pelabuhan Haifa.
Drone Hubo kembali ke Lebanon tanpa terdeteksi oleh tentara pendudukan Israel.
Video berdurasi sembilan setengah menit itu memperlihatkan gambar situs utama militer Israel di Haifa.
Daerah ini adalah rumah bagi kapal tanker minyak dan energi lepas pantai, pabrik kimia, serta kapal perang angkatan laut dan pangkalan militer.
Hizbullah menjelaskan bahwa video tersebut direkam oleh drone Hizbullah yang dapat menghindari sistem pertahanan udara musuh dan kembali tanpa terdeteksi.
Sementara itu, media Israel melaporkan bahwa video yang dirilis Hizbullah sejak dimulainya perang terbaru pada 8 Oktober 2023 sangatlah meresahkan.
“Dokumen-dokumen baru yang dikeluarkan oleh Hizbullah Lebanon adalah yang paling meresahkan sejak dimulainya perang dan mengkhawatirkan Haifa,” media Israel melaporkan. Pakar: Hizbullah terus menyembunyikan kekuatan militernya
Akademisi dan ahli strategi Lebanon Ali Darbaj mengatakan kekuatan militer Hizbullah tidak diketahui publik.
Menurutnya, Hizbullah akan menjadi pihak pertama yang menunjukkan senjata lamanya.
“Strategi ini didasarkan pada kenyataan bahwa perlawanan Lebanon belum dan tidak akan menunjukkan kemampuannya pada saat yang sama, karena pada awal pertempuran mereka hanya menggunakan rudal konvensional,” Al Quds mengutipnya.
“Setelah itu mereka memperkenalkan rudal baru seperti rudal Al-Falaq dan Almas 3,” lanjutnya.
Menurutnya, video pengawasan terbaru yang dirilis Hizbullah merupakan kejutan terbaru bagi Israel.
“Ini bukan yang pertama dan bukan yang terakhir.
Dia mengatakan Hizbullah ingin menyampaikan pesan bahwa mereka mengetahui posisi militer Israel di perbatasan utara dari Kiryat Shmona hingga Haifa.
Artinya Hizbullah telah secara tepat mengetahui koordinat Israel dan menunggu perintah untuk menargetkan sasaran militer Israel. Jumlah korban
Ketika Israel melanjutkan pendudukannya di Jalur Gaza, jumlah korban tewas warga Palestina meningkat menjadi lebih dari 37.372 dan 85.452 antara Sabtu (7/10/2023) hingga Selasa (18/06/2024) dan 1.147 orang terluka. Kematian dilaporkan di wilayah Israel, seperti di Anatolia.
Sebelumnya pada Sabtu (7 Oktober 2023), Israel mulai menembaki Jalur Gaza setelah gerakan oposisi Palestina Hamas melancarkan Operasi Banjir Al-Aqsa untuk melawan pendudukan dan kekerasan Israel di Al-Aqsa.
Setelah menukar 105 sandera dengan 240 tahanan Palestina pada akhir November 2023, Israel memperkirakan sekitar 120 sandera hidup atau mati dan masih ditahan oleh Hamas di Jalur Gaza.
Menurut laporan yang diterbitkan The Guardian pada Desember 2023, lebih dari 8.000 warga Palestina masih berada di penjara Israel.
(Tribunnews.com/Unitha Rahmayanti)
Berita lainnya terkait konflik Palestina dan Israel