Israel Gelisah, Front Tempur Baru Disebut Sudah Muncul di Perbatasan Israel-Yordania

TRIBUNNEWS.COM – Israel dikabarkan prihatin dengan situasi di dekat perbatasan Israel-Yordania.

Bahkan, tentara Israel sedang mempertimbangkan untuk membuat divisi baru untuk melindungi wilayah perbatasan timur.

Ide ini muncul setelah seorang tentara Israel ditembak mati di dekat kota Mehola di Tepi Barat.

IRNA melaporkan bahwa Brigade Al-Qassam Hamas berada di balik penembakan tersebut.

Menurut al-Qassam, pasukan Tepi Barat menembak tentara tersebut dari jarak dekat dan mereka kembali dengan selamat ke posisi mereka.

Penembakan itu disebut-sebut sebagai respons atas serangan Israel pekan lalu terhadap sekolah Al Tabin di Kota Gaza. Serangan itu menewaskan lebih dari 100 warga Palestina.

Media Shehab memberitakan, penyerangan itu dilakukan pada Minggu sore. Sasarannya adalah sebuah mobil di dekat kota Mehola.

Al-Qassam mengatakan tentara Tepi Barat akan terus mengejar musuh dimanapun mereka berada hingga mereka diusir dari tanah Palestina.

Invasi Lembah Yordan menjadi ancaman bagi pasukan keamanan Israel karena ancaman tersebut tidak datang dari luar.

Ancaman ini muncul di Tepi Barat seiring dibentuknya front baru untuk melawan pendudukan Israel.

Situasi di Tepi Barat tetap mengerikan sejak dimulainya perang di Jalur Gaza pada Oktober 2023.

Israel menyerang Tepi Barat hampir setiap hari untuk menyerang pemuda Palestina yang marah atas serangan di Gaza. Iran dituduh mencoba membuka front baru di Lembah Yordan

The Jewish Press, sebuah media Yahudi yang berbasis di Amerika Serikat, mengklaim bahwa Iran sedang mencoba membuka front baru di perbatasan Israel-Yordania.

Pada hari Senin pekan ini, Menteri Luar Negeri Israel Israel Katz mengatakan bahwa situasi berbahaya sedang muncul.

Peristiwa ini terjadi ketika Iran ingin membuka front baru di perbatasan timur Israel.

Katz menuduh Korps Garda Revolusi Islam (IRGC) Iran bekerja sama dengan proksi Hamas di Lebanon untuk menyelundupkan senjata dan barang ke Yordania.

Belakangan dia mengatakan senjata-senjata itu melintasi perbatasan dari Yordania.

Katz mengklaim bahwa poros perlawanan Iran kini mengendalikan kamp-kamp pengungsi di Yudea dan Samaria melalui proksinya.

“Pembangunan penghalang di sepanjang perbatasan Yordania harus dipercepat untuk menghentikan penyelundupan senjata dari Yordania ke Israel dan dari Yordania ke Israel, yang merupakan ancaman bagi rezim Israel,” kata Katz.

Sementara itu, Memri pekan lalu mengumumkan bahwa Yordania dan Iran telah saling mengirim pesan resmi.

Perdana Menteri Yordania Ayman Al-Safadi mengunjungi Teheran pada 4 Agustus dan bertemu dengan pihak eksekutif. Menteri Luar Negeri Iran Ali Bagheri Khani.

Safadi mengatakan dia meminta Raja Abdullah dari Yordania untuk menerima undangan mengunjungi Teheran.

Undangan tersebut adalah untuk mengakhiri “perbedaan pendapat” antara kedua negara berdasarkan rasa hormat dan tidak campur tangan dalam urusan masing-masing “dengan cara yang memenuhi kepentingan mereka”.

Media Yordania melaporkan bahwa Safadi mengatakan kepada Iran bahwa Yordania akan mengembalikan angkatan udara.

Ketika Iran melancarkan serangan udara terhadap Israel pada bulan April, Yordania mengembalikan drone tersebut.

Sementara itu, dalam wawancara dengan Al Arabiya pada 10 Agustus, Safadi mengatakan Yordania tidak akan menjadi “taman bermain bagi Iran dan Israel”.

(Tribunenews/Februari)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *