Israel Diklaim Sengaja Bebaskan Tahanan Palestina yang Sakit Parah dan Kakinya Diamputasi

TRIBUNNEWS.COM – Otoritas penjara Israel didakwa berniat membebaskan seorang tahanan Palestina yang menderita penyakit serius.

Tindakan Israel dipandang sebagai upaya untuk menghindari tanggung jawab dalam memberikan perawatan yang tepat kepada Wafaa Jarrar, lapor Middle East Eye.

Wafaa Jarrar, perempuan berusia 49 tahun, disebut ditahan secara brutal oleh tentara Israel pada 21 Mei 2024.

Sebuah alat peledak menghantam kendaraan militer yang mengangkut Jarrar ke pangkalan militer al-Jalama dekat Jenin.

“Kakinya terluka parah,” kata tentara Israel.

Penyebab ledakan masih belum diketahui.

Militer Israel belum merilis rincian lebih lanjut mengenai insiden tersebut.

Saat ditahan, Jarrar mengamputasi kakinya di Rumah Sakit Afula Israel.

Pada saat itu, pengadilan Israel menjatuhkan hukuman empat bulan tahanan administratif kepadanya.

Kemungkinan besar hukuman penjara akan terus berlanjut.

Setelah beberapa kali tes, diketahui Jarrar juga mengalami luka lain.

Dia menderita luka di tulang belakang dan paru-parunya.

Israel kemudian mengumumkan bahwa wanita tersebut segera dibebaskan dan dipindahkan dari Rumah Sakit Afula ke rumah sakit di Tepi Barat yang diduduki.

“Israel adalah penyebab langsung dari kondisi kesehatan Jarrar yang serius dan bertanggung jawab penuh atas nasibnya di masa depan,” kata Amani Sarahneh dari Klub Tahanan Palestina.

Setelah pembebasannya, pihak berwenang Israel tidak memberikan dokumen medis atau rencana perawatan apa pun.

Keluarganya meminta Israel bertanggung jawab atas konsekuensi yang mungkin timbul akibat pemindahannya yang tiba-tiba dari perawatan intensif.

Keluarganya memandang tindakan Israel sebagai penolakan memberikan perawatan medis bagi Jarar.

Saat ini ia dirawat di RS Ibnu Sina Jenin.

Suaminya, Abdul Jabbar Jarrar, telah ditahan di Israel sejak Februari dan keberadaan istrinya tidak diketahui.

Sementara itu, putranya Huthaifa Jarrar mengatakan kepada Middle East Eye bahwa penyerangan ke rumah tersebut adalah tindakan yang “brutal”.

“Para prajurit sengaja menghancurkan perabotan, merusak isinya, dan mengecat (lambang) David di dinding,” ujarnya.

“Mereka juga beberapa kali meneriaki ibu saya dan memintanya menyerahkan sebagian uang yang dimilikinya,” jelas Huthaifa.

“Ketika tentara tidak menemukan mereka, mereka mencuri perhiasan emasnya dan menyimpannya di dalam rumah sambil meneriakkan slogan-slogan rasis,” tambahnya.

Anak laki-laki itu mengatakan tentara kemudian menahan ibunya dan mencegahnya mengganti pakaian.

Ibunya terpaksa keluar dengan pakaian salat.

“Dia dipindahkan ke kendaraan militer dan kondisi di Jenin menjadi tidak stabil karena invasi Israel, kemudian terjadi ledakan besar dan kami mengetahui hanya beberapa jam kemudian bahwa ibu saya terluka,” katanya. “Saat itu kami baru mengetahui hal tersebut. Israel biasanya merahasiakan kondisi kesehatan para tahanan

Pihak berwenang Israel biasanya merahasiakan kondisi kesehatan para tahanan.

Pengacara Jarrar bisa mengunjunginya sehari setelah penangkapannya.

Namun menurut putranya, tentara tersebut mengancam staf medis untuk tidak mengungkapkan informasi tentang cedera Jarrar.

Pengacara meyakinkan keluarga bahwa kakinya tidak akan diamputasi dan dia akan menjalani operasi.

Namun dua hari kemudian, keluarga tersebut menerima panggilan telepon dari rumah sakit yang memberi tahu mereka bahwa kakinya harus diamputasi karena operasi yang gagal.

Hasil CT scan menunjukkan dia juga mengalami cedera serius pada sumsum tulang belakang dan ligamen di perutnya.

Keluarganya terkejut dan berusaha mendapatkan izin untuk mengunjunginya atau meminta dokter Palestina untuk memeriksanya, namun tidak berhasil.

Saat itu, mereka dikejutkan dengan keputusan melepas dan memindahkannya keluar rumah sakit tanpa pengawasan dokter yang memantau kondisinya.

Keluarganya juga berusaha merawatnya di sebuah rumah sakit di Israel.

Namun, Israel bersikeras untuk pindah ke Tepi Barat yang diduduki.

“Israel bersalah atas malpraktek medis terhadap ibu saya dan tidak memberinya pemeriksaan atau pemindaian yang diperlukan dan dihasut oleh pemukim karena kehadirannya di Rumah Sakit Afula,” kata Huthaifa.

Rupanya, Wafaa juga mengalami patah tulang rusuk dan luka paru-paru, namun menurut putranya, satu-satunya yang diberitahukan kepadanya adalah versi tentara Israel yang dicurigai pihak keluarga, terutama sejak empat ledakan yang terjadi selama penangkapannya.

Pada awal Mei, Klub Tahanan Palestina mengumumkan bahwa ada sekitar 9.300 tahanan Palestina di penjara Israel, termasuk lebih dari 3.400 tahanan administratif.

Sejak 7 Oktober, pasukan Israel telah menangkap lebih dari 8.825 warga Palestina di Tepi Barat dan Yerusalem yang diduduki, termasuk 295 wanita.

(Tribunnews.com, Andari Wulan Nugrahani)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *