TRIBUNNEWS.COM – Mei lalu, Israel dikabarkan berencana membunuh Ismail Haniyeh, kepala biro politik Hamas.
Saat itu, Haniyeh menghadiri pemakaman Presiden Iran, Ebrahimi Raisi, yang tewas dalam kecelakaan helikopter.
Pada Jumat (2/8/2024), media Inggris The Telegraph memberitakan Israel membatalkan rencana tersebut.
Kabar tersebut didasarkan pada pernyataan dua pejabat keamanan Iran dalam wawancara media.
Kedua petugas tersebut direkrut oleh Mossad atau badan intelijen Israel untuk membunuh Haniyeh.
Menurut keduanya, rencana Israel dibatalkan karena banyaknya kerumunan orang di dalam gedung. Selain itu, kemungkinan besar operasi tersebut akan gagal.
Mereka kemudian menanam bahan peledak di tiga kamar sebuah wisma yang dikelola Korps Garda Revolusi Iran (IRGC) di Teheran. Pemandangan posisi Ismail Haniyeh, kepala kantor politik Hamas, saat penyerangan pada Rabu (31 Juli 2024) di dekat kompleks Saadabad di Teheran, Iran utara. (Agensi Anadolu)
Haniyeh menempati wisma tersebut saat menghadiri upacara pelantikan Presiden Iran Masoud Pezeshkian.
Menurut petugas dengan rekaman pengawasan dari wisma tersebut, kedua agen tersebut tampaknya bergerak secara sembunyi-sembunyi. Mereka memasuki beberapa ruangan dalam beberapa menit.
Keduanya kemudian meninggalkan Iran. Namun, masih ada kaki tangan mereka di negara ini.
Haniyeh tewas dalam ledakan jarak jauh pada Rabu pukul 02:00 waktu setempat.
Sementara itu, seorang pejabat IRGC mengatakan dia sekarang yakin Mossad sedang merekrut agen-agen Iran.
“Mereka sekarang percaya bahwa Mossad mempekerjakan agen dari dinas keamanan Ansar Al Mahdi,” kata pejabat itu kepada The Telegraph.
Ansar Al Mahdi adalah unit IRGC yang bertanggung jawab atas keamanan pejabat tinggi.
Menurut pejabat itu, IRGC menemukan bom lain di dua ruangan lainnya.
Pejabat IRGC lain yang diwawancarai menggambarkan kematian Haniyeh sebagai penghinaan terhadap Iran dan pelanggaran keamanan besar.
Dia mengatakan, detail pembunuhan Haniyeh masih belum jelas.
Kematian pemimpin Hamas memicu perselisihan internal di dalam IRGC. Para pejabat IRGC mulai saling menyalahkan.
Bahkan, Komandan Pasukan Quds IRGC Esmail Qaani meminta beberapa orang dipecat, ditangkap, atau bahkan dieksekusi. Gunakan kecerdasan buatan?
Selain itu, New York Times melaporkan bahwa bom tersebut disembunyikan di kamar Hanieh sekitar dua bulan lalu.
Namun media mengklaim bom tersebut diselundupkan oleh Mossad sendiri.
Laporan tersebut didasarkan pada wawancara dengan tujuh pejabat Timur Tengah.
Setelah Haniyeh dipastikan berada di ruangan tempat penyimpanan bom, bom meledak dari kejauhan.
Media Amerika lainnya, Axios, juga mengklaim bahwa agen Mossad berada di balik pembunuhan Haniyeh.
Faktanya, Mossad menggunakan alat kecerdasan buatan (AI) yang canggih untuk operasi tersebut, kata Axios. Demonstran Persatuan Rakyat Indonesia untuk Pertahanan Palestina memegang poster bergambar Ismail Haniyeh, kepala kantor politik Hamas, saat berunjuk rasa di depan Kedutaan Besar AS di Jakarta, 8 Maret 2024. Israel mengutuk pembunuhan Ismail Haniyeh oleh pengunjuk rasa dan menuntut tanggung jawab dari Amerika Serikat. TRIBUNNEWS/HERUDIN (TRIBUNNEWS/HERUDIN)
Menurut dua sumber yang diperoleh media, agen Israel sedang menyelidiki fasilitas dan ruangan mana yang akan digunakan Haniya selama kunjungannya ke Teheran.
Keduanya mengatakan, bom tersebut sudah lama dipasang di kamar Haniyeh.
Agen Mossad di Iran kemudian meledakkan bom tersebut setelah mengetahui bahwa Haniya tinggal di kamarnya.
Sementara itu, media Iran Fars News memberitakan kamar Haniyeh terkena peluru.
Serangan itu ditujukan ke lantai empat wisma tersebut. Salah satu pengawal Haniyeh juga tewas.
Menurut Fars News, penyelidikan awal menunjukkan bahwa pembunuhan itu dilakukan oleh Israel.
(Berita Tribun/Februari)