TRIBUNNEWS.COM – Israel dilaporkan memberi tahu sekutu setianya, Amerika Serikat, tentang pembunuhan Ketua Politbiro Hamas Ismail Haniyeh melalui ledakan di sebuah ruangan saat dia mengunjungi Teheran, Iran, pada Rabu 31 Desember. Juli 2024) subuh.
Pejabat Gedung Putih terkejut dan marah atas pembunuhan Ismail Haniyeh.
The Washington Post mengutip pemikiran tiga sumber yang dekat dengan Gedung Putih pada Selasa, 6 Agustus 2024: “Amerika Serikat memandang pembunuhan itu sebagai kemunduran bagi upaya berbulan-bulan untuk mengamankan (menegosiasikan gencatan senjata di Jalur Gaza.
Israel sebelumnya menolak mengomentari pembunuhan Ismail Haniyeh dan Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu meminta para pejabat Israel untuk tetap diam.
Sementara itu, juru bicara militer Israel Daniel Hagari membantah tuduhan Israel membunuh Ismail Haniyeh.
Namun, Israel dilaporkan mengatakan kepada Amerika Serikat bahwa mereka bertanggung jawab atas pembunuhan tersebut.
Tak hanya soal terbunuhnya Ismail Haniyeh, Amerika Serikat juga marah karena Israel tidak memberi tahu mereka sebelum melakukan operasi lagi untuk menghancurkan mantan komandan Hizbullah atau Iran tersebut, seperti dilansir Anadolu Agency.
Sehari sebelum pembunuhan Ismail Haniyeh, Israel membunuh komandan Hizbullah Fuad Shukr dalam serangan udara di Beirut, Lebanon, Selasa malam (30 Juli 2024).
Setelah pembunuhan Fouad Shukr dan Ismail Haniyeh, Amerika Serikat khawatir Hizbullah dan Iran akan melancarkan serangan besar-besaran terhadap Israel, yang jauh lebih kejam dibandingkan April lalu.
Pada tanggal 1 April 2024, Israel melancarkan serangan yang menghancurkan kompleks kedutaan Iran di Damaskus, Suriah, dan menewaskan tujuh tentara Korps Garda Revolusi Iran (IRGC), termasuk komandan Al-Force dari IRGC, Mohammad Reza Zahedi .
Iran membalas serangan Israel pada 14 April 2024 dengan meluncurkan ratusan drone dan rudal langsung ke Israel, namun berhasil dihalau oleh Amerika Serikat dan sekutunya di kawasan. Jumlah korban di Jalur Gaza
Saat ini Israel terus menginvasi Jalur Gaza, jumlah korban tewas warga Palestina meningkat menjadi lebih dari 39.653 jiwa dan 91.535 lainnya luka-luka antara Sabtu (10 Juli 2023) hingga Selasa (8 Juni 2024), sehingga berjumlah 1.147 orang. Banyak orang meninggal di wilayah Israel, dikutip oleh kantor berita Anadolu.
Sebelumnya, Israel mulai melakukan pengeboman di Jalur Gaza setelah gerakan perlawanan Palestina, Hamas, melancarkan Operasi Banjir Al-Aqsa pada Sabtu, 10 Juli 2023, menentang pendudukan Israel dan kekerasan di Al-Aqsa sejak tahun 1948.
Israel memperkirakan sekitar 120 sandera, baik hidup maupun mati, dan masih ditahan oleh Hamas di Jalur Gaza, menyusul pertukaran 105 sandera dengan 240 tahanan Palestina pada akhir November 2023.
(Tribunnews.com/Yunita Rahmayanti)
Berita lainnya terkait konflik Palestina-Israel