Israel Diam-diam Pantau Persenjataan Hizbullah, Rudal Fateh 110 Jadi Ancaman Besar

TRIBUNNEWS.COM – Israel diam-diam memantau kekuatan militer Hizbullah Lebanon.

Institut Penelitian Alma Israel melaporkan hasil pengamatannya terhadap Hizbullah, termasuk jenis senjata dan jumlahnya.

Hizbullah diyakini memiliki gudang puluhan ribu rudal dan rudal jarak pendek.

– Untuk sistem rudal Hizbullah, diharapkan memiliki persenjataan puluhan ribu roket dan rudal jarak pendek, kata kepala departemen penelitian lembaga tersebut, Tal Barry, pada Senin (24/6/2024).

Dia melanjutkan bahwa “Kemampuan akurasi bergerak cepat menuju rudal Grad dan Falaq. Persoalan yang paling mengkhawatirkan adalah persoalan senjata jarak pendek, yakni sekitar 65.000 rudal dan roket.

Sebelum laporan tersebut diterbitkan, tentara Israel mengakui telah terjadi beberapa kali operasi terhadap Israel, namun pada akhirnya mereka jatuh ke tanah Lebanon.

Institut yang berfokus pada meningkatnya konflik Israel-Hizbullah juga mengungkapkan bahwa Hizbullah mungkin memiliki ratusan ribu senjata.

“Dalam hal persenjataan yang tepat, jika ditambah amunisi dan rudal jarak jauh, Hizbullah diperkirakan memiliki 250.000 senjata,” kata laporan itu.

Institut Penelitian Alma Israel memperkirakan rudal “Fateh 110” dapat menembak sejauh 330 kilometer dan menyerang hingga 10 meter, bila dikembangkan dengan lebih akurat.

Sedangkan untuk kekuatan personel militernya, Hizbullah mungkin berjumlah 2.500 personel, hanya untuk unit elit “Radwan” yang merupakan musuh terberat Israel di perbatasan.

“Menurut perkiraan, jumlah anggota Hizbullah di unit elit militer Radwan sekitar 2.500,” lapornya.

Namun The Times of Israel mengklaim bahwa serangan tentara Israel di Lebanon selatan telah mendorong pasukan elit Radwan Hizbullah mundur 8 kilometer dari perbatasan dengan Israel utara, yang merupakan wilayah pendudukan Palestina.

Pada bulan Mei, surat kabar Israel Hayom melaporkan bahwa, menurut perkiraan para ahli, Hizbullah jelas telah mengumpulkan senjata di Lebanon.

Bentrokan antara Israel dan Hizbullah meningkat setelah juru bicara militer Arab Avichai Adraee pekan lalu menyatakan Israel siap menghadapi situasi di Lebanon. Hizbullah memiliki 100.000 anggota

Sekretaris Jenderal Hizbullah Hassan Nasrallah mengumumkan dalam pidatonya pekan lalu bahwa kekuatan Hizbullah adalah sekitar 100.000.

Namun, bisa jadi jumlah sebenarnya lebih banyak dari yang disebutkan.

Mengenai pasukan cadangan Hizbullah, sumber yang dekat dengan Hizbullah mengungkapkan bahwa opsi yang mungkin dipilih Hizbullah jika terjadi perang melawan Israel di Lebanon.

“Dengan persetujuan (Sekretaris Jenderal Hizbullah) Nasrallah, Brigade Hizbullah di Irak dan Gerakan Nujaba sepenuhnya siap mengirim pejuang melawan Israel,” kata sumber yang dekat dengan Hizbullah seperti dikutip Al Arabiya.

Per 8 Oktober 2023, Hizbullah mengumumkan bergabung dengan perlawanan untuk membela rakyat Palestina menghadapi agresi Israel di Jalur Gaza dan Tepi Barat.

Hizbullah telah menyerang sasaran militer Israel di perbatasan utara Israel, yaitu wilayah Palestina yang diduduki dari selatan Lebanon, yang merupakan pangkalan militer kelompok Hizbullah.

Kelompok ini berjanji akan berhenti jika Israel mengakhiri agresinya dan mencapai kesepakatan gencatan senjata dengan Hamas di Gaza. Jumlah korban

Ketika Israel terus melanjutkan agresinya di Jalur Gaza, jumlah korban tewas warga Palestina meningkat menjadi lebih dari 37.551 orang dan 85.911 orang luka-luka dari Sabtu (7/10/2023) hingga Sabtu (22/6/2024) dan 1.147 orang. Kematian di wilayah Israel, seperti dilansir Anadolu.

Sebelumnya, Israel mulai membombardir Gaza setelah gerakan perlawanan Palestina, Hamas, memulai operasi banjir Al-Aqsa pada Sabtu (7 Oktober 2023) untuk memprotes pendudukan dan kekerasan Israel di Al-Aqsa sejak tahun 1948.

Israel memperkirakan sekitar 120 sandera masih hidup atau mati dan masih ditahan Hamas di Gaza, setelah menukar 105 sandera dengan 240 tahanan Palestina pada akhir November 2023.

Sementara itu, lebih dari 8.000 warga Palestina masih berada di penjara Israel, menurut Laporan The Guardian pada Desember 2023.

(Tribunnews.com/Yunita Rahmayanti)

Berita lainnya tentang konflik Palestina dan Israel

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *