Israel di Balik Jatuhnya Helikopter Presiden Iran? Ini Analisis Eks Penasihat Keamanan Israel

TRIBUNNEWS.COM, ISRAEL – Berbagai spekulasi bermunculan di media sosial terkait jatuhnya helikopter Presiden Iran Ebrahim Rais.

Salah satu spekulasinya adalah Israel mungkin berada di balik kecelakaan itu.

Helikopter Presiden Iran Ebrahim Raisi dan Menteri Luar Negeri Amir Abdollahian jatuh saat kembali dari Azerbaijan Timur pada Minggu (19 Mei 2024).

Helikopter itu jatuh di wilayah Jolfa di barat laut Iran.

Sepuluh jam hingga berita ini dimuat, Senin (20 Mei 2024) pagi, tim penyelamat belum menemukan Ebrahim Rais.

Ada komunikasi

Mohammad Ali Ale-Hashem, perwakilan dari Yayasan Ahli Hukum Islam Azerbaijan Timur dan imam salat Jumat di Tabriz, menaiki helikopter tersebut bersama presiden Iran dan menteri luar negeri Iran.

Presiden Iran dan seluruh penumpang helikopter tersebut belum ditemukan, meski pencarian terus ditingkatkan di tengah cuaca tebal.

Media Iran melaporkan bahwa beberapa orang dapat berbicara dengan Ale-Hashem tak lama setelah kejadian tersebut, namun kehilangan kontak.

Pemimpin Tertinggi Iran Ali Khamenei mendesak rakyat Iran untuk mendoakan kesehatan dan keselamatan Presiden Rais.

Helikopter yang membawa Presiden Iran jatuh setelah pertemuan dengan Presiden Azerbaijan Ilham Aliyev pada Minggu pagi di perbatasan antara Azerbaijan dan Iran.

Analisis oleh mantan penasihat keamanan Israel

Tuduhan bahwa Israel berada di balik jatuhnya helikopter presiden Iran muncul ketika hubungan kedua negara memanas belakangan ini.

Ini karena Iran baru-baru ini menyerang Israel, yang langsung ditanggapi oleh Israel.

Mantan penasihat keamanan nasional Israel, Mayor Jenderal Yaakov Amidror, seperti dikutip Jerusalem Post mengatakan bahwa jatuhnya helikopter tersebut kemungkinan besar disebabkan oleh masalah teknis dan cuaca buruk.

Menurutnya, tidak ada pihak asing yang terlibat dalam kecelakaan tersebut.

Menurutnya, helikopter tersebut terbang di kawasan yang sangat berkabut di perbatasan Iran dan Azerbaijan.

Maksud saya, wilayahnya bergunung-gunung dan berkabut. Dan armada helikopter Iran sudah sangat tua, kata Javedanfar.

Amidror membantah kemungkinan bahwa Israel berada di balik kecelakaan itu.

“Itu seperti buang-buang tenaga (mengatakan itu),” ujarnya.

“Kalau mau melakukan sesuatu yang berdampak baik di dalam negeri maupun [luar negeri], tidak akan ada yang menyasar presiden,” ujarnya.

Helikopter tua

Masih belum diketahui jenis helikopter apa yang dibawa Presiden Raisi dan rombongan.

Bisa berupa helikopter militer atau pesawat Bulan Sabit Merah.

Iran memiliki beberapa helikopter, namun sebagian besar berasal dari masa sebelum revolusi Islam di negara itu pada tahun 1979.

Karena sanksi dan pembatasan ekonomi, Iran kesulitan membeli suku cadang, sehingga pemeliharaan menjadi tantangan.

Selain itu, cuaca saat itu kurang bagus, penerbangan helikopter dianggap menjadi masalah.

Akses menuju lokasi sulit

Tim penyelamat berusaha mencapai lokasi kecelakaan, kata TV pemerintah, dan mencatat bahwa selain puluhan personel penyelamat, beberapa ambulans dan drone digunakan dalam pencarian.

Namun segala upaya terhambat oleh kondisi cuaca buruk yang disusul hujan lebat dan kabut serta angin kencang.

Kantor berita IRNA menyebutkan kawasan itu merupakan “hutan” yang sulit diakses.

Medan berlumpur dan kegelapan menghalangi tim penyelamat untuk menemukan lokasi kecelakaan.

Sistem pemetaan satelit Copernicus milik Komisi Eropa telah diaktifkan untuk membantu respons tersebut, kata Komisaris Manajemen Krisis Janez Lenarcic kepada X.

Irak telah memerintahkan kementerian dalam negerinya, Bulan Sabit Merah dan badan-badan lainnya untuk membantu pencarian.

Siapa penerusnya jika presiden sudah tiada atau meninggal?

Wakil Presiden Pertama Mohammad Mokhber, 69 tahun, akan mengambil alih jabatan tersebut setelah Rais absen.

Hal ini memerlukan persetujuan Pemimpin Tertinggi ketika presiden yang menjabat dinyatakan meninggal atau tidak mampu.

Dalam hal ini, pemilihan harus dilaksanakan paling lama 50 hari. Pemilihan presiden dijadwalkan akan diadakan di Iran pada tahun 2025.

Pemimpin Tertinggi Khamenei meyakinkan rakyat Iran bahwa urusan negaranya tidak akan diintervensi.

Marwan Bishara, analis politik senior Al Jazeera, mengatakan sistem politik Iran dapat menyerap guncangan ketidakmampuan Rais dengan baik berkat elit penguasa yang kuat dan berfungsinya checks and balances.

Sumber: Jerusalem Post/Al Jazeera

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *