Israel Bebas Sanksi, Uni Eropa Hanya Kutuk Netanyahu soal Rencana Invasi ke Rafah

TRIBUNNEWS.COM – Presiden Komisi Eropa Ursula von der Leyen mengatakan dia tidak akan menjatuhkan sanksi terhadap Israel sebelum negara itu menduduki Rafah di Jalur Gaza selatan.

Ursula von der Leyen hanya mengindikasikan bahwa Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu telah membatalkan rencana untuk merebut Rafah, benteng terakhir Hamas.

“Serangan Israel terhadap Rafah sama sekali tidak dapat diterima,” kata von der Leyen pada Senin (29/04/2024) dalam debat yang diselenggarakan POLITICO di Maastricht, Belanda.

Ursula von der Leyen mengingat kembali kunjungannya ke Rafah dan mengatakan bahwa kondisi di sana tidak dapat ditoleransi dan tidak dapat diterima.

Menurutnya, Uni Eropa tidak pernah menarik garis merah terhadap Israel jika mereka melakukan agresi di Jalur Gaza.

“Saya tidak pernah menarik garis merah, tapi menurut saya serangan (Perdana Menteri Israel Benjamin) Netanyahu sama sekali tidak bisa diterima,” ujarnya saat ditanya apakah serangan ke Rafah akan menjadi garis merah dan memberikan sanksi kepada Israel.

Dia menunjukkan bahwa Komisi UE akan berbicara dengan negara-negara anggota dan mengambil tindakan jika Israel menyerbu Rafah.

Ditanya tentang usulannya untuk mengakhiri perang antara Israel dan Hamas, Ursula von der Leyen mengatakan dia selalu membela hak Israel untuk “membela diri” dengan mengebom Jalur Gaza.

Pertemuan tersebut juga menyerukan gencatan senjata, pembebasan sandera yang ditahan oleh Hamas dan solusi dua negara.

“Ini adalah satu-satunya solusi yang akan membawa perdamaian di kawasan ini,” katanya.

Sebelum debat, ia mendapat kritik atas pendiriannya terhadap Israel setelah video yang beredar di media sosial menunjukkan seorang pengunjuk rasa meneriakinya: “Anda adalah penjahat perang.”

Ursula von der Leyen mendapat banyak kritik karena dukungannya yang tanpa syarat kepada Israel sejak 7 Oktober 2023.

Dukungan UE terhadap Israel secara implisit memungkinkan Israel melanjutkan agresinya di Jalur Gaza tanpa rasa takut akan sanksi apa pun, meski telah menewaskan lebih dari 34.000 warga Palestina.

Pada debat di Maastricht, Anders Vistisen dari kelompok sayap kanan Identity and Democracy menghindari perdebatan mengenai sanksi balasan.

Sebaliknya, ia mengatakan tugas utama UE adalah menangani meningkatnya anti-Semitisme di seluruh benua Eropa sebagai akibat yang tidak menguntungkan dari konflik ini.

Hal ini dibantah oleh Walter Bayer dari Kiri Eropa.

“Saya merasa sangat lucu mendengar perwakilan partai-partai sayap kanan menggambarkan diri mereka sebagai pembela anti-Semitisme,” katanya pada debat tersebut, Anadolu mengutip ucapannya. Jumlah korban

Israel terus melanjutkan agresinya di Jalur Gaza, sejak Sabtu (7/10/2023) hingga Selasa (30/04/2024) korban jiwa warga Palestina bertambah menjadi 34.500 orang dan 77.700 lainnya luka-luka serta 1.147 orang tewas di Israel. wilayah tersebut, lapor Xinhua.

Sebelumnya, Israel melancarkan serangan udara ke Jalur Gaza setelah gerakan perlawanan Palestina Hamas melancarkan banjir Al-Aqsa untuk melawan pendudukan dan kekerasan Israel di Al-Aqsa pada Sabtu (10/7/2023).

Israel memperkirakan Hamas masih menyandera sekitar 136 sandera di Jalur Gaza setelah menukar 105 sandera dengan 240 tahanan Palestina pada akhir November 2023.

Menurut laporan The Guardian pada bulan Desember 2023, ada lebih dari 8.000 warga Palestina di penjara Israel.

(Tribunnews.com/Unitha Rahmayanti)

Berita lainnya terkait konflik Palestina-Israel

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *