Israel dengan tegas menyatakan tidak terlibat dalam jatuhnya pesawat Presiden Iran Ebrahim Raisi dan justru mengkhawatirkan isu propaganda di balik insiden tersebut.
TRIBUNNEWS.COM, ISRAEL – Pemerintah Israel terus memantau dengan cermat laporan jatuhnya helikopter yang membawa Presiden Iran Ebrahim Raisi dan Menteri Luar Negeri Hossein Amir-Abdollahian pada Minggu (19 Mei 2024).
Tim penyelamat berhasil menemukan puing-puing helikopter yang jatuh di provinsi Azerbaijan Timur, Iran.
Namun, harapan memudar bahwa Presiden Iran Ebrahim Raisi dan menteri luar negerinya selamat dari kecelakaan helikopter tersebut.
“Akibat kecelakaan itu, helikopter yang ditumpangi Presiden Raisi terbakar habis. Sayangnya, semua penumpang dikhawatirkan tewas,” kata pejabat itu kepada Reuters. Israel menahan diri
Media Israel Ynetnews menulis bahwa pejabat Israel tidak mengomentari insiden tersebut.
Namun, sumber tidak resmi telah mengklarifikasi bahwa Israel tidak terkait atau terlibat dalam kecelakaan helikopter tersebut.
Pejabat senior Israel menyatakan bahwa kematian Raisi dan Amir-Abdollahian diperkirakan tidak berdampak apa pun terhadap Israel atau kebijakannya terhadap Republik Islam.
Satu-satunya konsekuensi yang dihadapi Israel adalah siapa yang akan menggantikan Raisi sebagai presiden.
Media menulis bahwa salah satu cara untuk menggantikan Raisi adalah kembalinya Mahmoud Ahmadinejad, yang merupakan presiden keenam Iran pada tahun 2005-2013 dan dianggap sebagai musuh terbesar Israel.
Para pejabat senior menambahkan, selain perubahan di Iran, hal itu tidak akan berdampak pada Israel karena keputusan mengenai Israel dibuat oleh Pemimpin Tertinggi Ayatollah Ali Khamenei.
Dia membuat keputusan penting mengenai program nuklir Iran. Sesi khusus di AS
Berita tentang jatuhnya helikopter tersebut sampai ke Penasihat Keamanan Nasional AS Jake Sullivan, yang saat ini berada di Israel.
Menurut laporan dari Iran, Presiden AS Joe Biden telah mempersingkat liburannya.
Seperti pejabat AS lainnya, ia terus memantau perkembangan tersebut.
Masih belum ada reaksi AS terhadap jatuhnya helikopter tersebut.
Mereka ingin menghindari spekulasi mengenai nasib Presiden Raisi. Prihatin dengan maraknya teori konspirasi
Para pejabat Israel yakin Iran akan mencoba menyebarkan teori konspirasi tentang keterlibatan Israel dalam bencana tersebut.
Menurut Ynetnews, situs Cyber Army of the Revolutionary Guards, yang berafiliasi dengan cabang angkatan bersenjata Iran, menulis bahwa menembak jatuh sebuah helikopter yang membawa pejabat pemerintah sangat meningkatkan kemungkinan pembunuhan dan sabotase.
Selain itu, helikopter yang membawa Presiden Raisi jatuh.
Sementara kedua helikopter pengawal dianggap aman dan sampai di tujuan. Pernyataan seorang jenderal Israel
Tuduhan bahwa Israel berada di balik penembakan jatuh helikopter presiden Iran muncul di tengah memburuknya hubungan kedua negara baru-baru ini.
Ini karena Iran baru-baru ini menyerang Israel, dan Israel dengan cepat membalasnya.
Dalam hal ini, The Jerusalem Post mengutip mantan penasihat keamanan nasional Israel Mayor Jenderal Yaakov Amidror yang mengatakan bahwa jatuhnya helikopter kemungkinan besar disebabkan oleh masalah teknis dan cuaca buruk.
Dia mengatakan tidak ada pasukan asing yang terlibat dalam kecelakaan itu.
Menurut dia, helikopter tersebut terbang di kawasan yang sangat berkabut di perbatasan Iran dan Azerbaijan.
“Maksudku, daerah ini sangat bergunung-gunung dan berkabut. Dan armada helikopter Iran sudah sangat tua,” kata Javedanfar.
Amidror menampik kemungkinan Israel berada di balik bencana tersebut.
“Itu sama saja dengan membuang-buang energi,” ujarnya.
“Jika Anda ingin melakukan sesuatu yang berdampak baik di dalam negeri maupun [eksternal], maka tidak ada yang akan menyerang presiden,” katanya. Helikopter yang dioperasikan lama
Masih belum jelas jenis helikopter apa yang membawa Presiden Raisi dan rombongan.
Bisa jadi helikopter militer atau pesawat Bulan Sabit Merah.
Iran mengoperasikan banyak helikopter, tetapi sebagian besar berasal dari sebelum Revolusi Islam di negara itu pada tahun 1979.
Karena sanksi dan kendala keuangan, Iran kesulitan membeli suku cadang, sehingga mempersulit pemeliharaan.
Apalagi saat itu cuaca sedang kurang bagus dan diduga ada kendala pada penerbangan helikopter.