Israel Bakal Pindahkan 1,2 Juta Warga Palestina di Rafah ke Garis Pantai Gaza

Reporter TribuneNews.com Namira Unia Lesanti melaporkan

TRIBUNNEWS.COM, Gaza – Israel akan memindahkan 1,2 juta warga Palestina dari Rafah ke ladang-ladang kecil di sepanjang pantai Gaza.

Rencana tersebut diusulkan oleh Perdana Menteri (PM) Benjamin Netanyahu menjelang serangan besar-besaran yang akan dilakukan pasukan militer Israel di Rafah.

Netanyahu berpendapat bahwa pemindahan 1,2 juta warga Palestina dari Rafah ke pantai Gaza dapat mengurangi peningkatan korban jiwa akibat pertempuran berdarah antara Hamas dan IDF.

Menurut laporan yang mengutip para pejabat AS, “Israel berencana untuk memindahkan warga Palestina keluar dari Rafah dan ke Jalur Gaza sebelum serangan tersebut diantisipasi.”

Netanyahu tidak merinci kapan pemindahan massal ini akan dilakukan.

Seseorang dari Al Arabiya mengatakan, kini pasukan Israel telah menentukan lokasi yang nantinya akan dijadikan tempat penampungan jutaan pengungsi Rafah.

“Militer Israel dilaporkan mengirimkan peta area tersebut untuk membantu para pekerja minggu ini,” kata seorang pejabat AS.

Menanggapi rencana Israel merelokasi warga Rafah, Washington terang-terangan menolak rencana migrasi dan invasi Israel ke Rafah.

Untuk menghentikan rencana tersebut, Presiden AS Joe Biden meminta Israel menerapkan pertahanan sipil. Ia bahkan mengancam akan mengubah kebijakan dukungannya terhadap Israel jika Israel menyerang warga sipil tak bersenjata.

WHO: Serangan Israel di Rafah memulai pertumpahan darah

Banyak organisasi kemanusiaan, termasuk Organisasi Kesehatan Dunia (WHO), juga menentang rencana Israel menyerang Rafah.

Israel membantah serangan ke Rafah ditujukan untuk melumpuhkan kamp milisi Hamas yang sebagian besar berlokasi di tanah Rafah.

Namun Direktur Jenderal WHO Tedros Adhanom Ghebreyesus memperkirakan serangan terhadap kota Rafah di selatan Gaza hanya akan menimbulkan konsekuensi serius. Pasalnya, ada sekitar 1,2 juta orang yang mengungsi di Rafah untuk mencari keselamatan dari perang Israel-Hamas.

“WHO sangat prihatin bahwa operasi militer skala penuh di Rafah dapat menyebabkan pertumpahan darah dan semakin melemahkan sistem kesehatan yang sudah rusak,” kata Tedros melalui media sosial.

Operasi militer di Rafah dapat memicu gelombang pengungsian baru, menyebabkan kepadatan penduduk, terbatasnya akses terhadap makanan, air dan sanitasi serta berjangkitnya penyakit tertentu yang dapat menambah korban jiwa.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *