TRIBUNNEWS.COM – Seolah tidak ada pasukan, Israel kini akan merekrut Yahudi ultra-Ortodoks untuk bergabung dengan tentara.
Hal ini muncul setelah keputusan pengadilan mengenai dinas militer ultra-Ortodoks.
Keputusan tersebut juga disambut oleh oposisi Israel.
Penentang Israel menyambut baik keputusan Mahkamah Agung Israel (MA) yang mewajibkan laki-laki ultra-Ortodoks untuk direkrut menjadi tentara.
Yair Golan, ketua Partai Buruh Israel, memuji keputusan tersebut dan menyebutnya sebagai langkah yang tepat.
Serta menghormati tanggung jawab seluruh warga Israel, merujuk pada Al Jazeera.
“Kewajiban militer dan negara harus berlaku bagi setiap orang Israel tanpa memandang ras, agama, dan jenis kelamin,” kata Golan.
Avigdor Lieberman, dari partai sayap kanan Israel Beiteinu, mengatakan sudah waktunya melakukan perubahan “bersejarah” untuk menyediakan tenaga kerja yang sangat dibutuhkan tentara selama perang di Gaza.
Perdebatan mengenai status militer warga ultra-Ortodoks telah menciptakan perpecahan yang sengit dalam masyarakat dan politik Israel.
Banyak yang menganggap kelompok ultra-Ortodoks mempunyai hak istimewa.
Mereka biasanya dibebaskan dari dinas militer dan belum menunjukkan upaya mereka pada saat lebih dari 300.000 tentara cadangan Israel dipanggil untuk bertugas. 3.860 ISIS Luka-luka dan 662 Tewas, Komandan Brigade Nahal Akui Perjuangan Melawan Hamas di Rafah Tidak Mudah
Jumlah tentara Israel (ISIS) yang tewas dan terluka di Gaza, Palestina, terus meningkat.
Berdasarkan laporan IDF, setidaknya 12 tentara Israel terluka dalam 24 jam terakhir, Rabu (19 Juni 2024).
Angka tersebut termasuk lima anggota ISIS yang terluka dalam pertempuran darat di Jalur Gaza.
“Jumlah tentara dan perwira yang terluka sejak dimulainya perang di Gaza pada 7 Oktober 2023 telah meningkat menjadi 3.860 orang,” demikian bunyi laporan ISIS.
Dari jumlah tersebut, 1.947 orang terluka dalam bentrokan darat di daerah kantong Palestina.
Jumlah tentara dan perwira Israel yang tewas di Gaza sejak 7 Oktober telah diperbarui menjadi 662, termasuk 311 orang sejak pertempuran darat dimulai pada 27 Oktober, menurut tentara Israel, mengutip Palestine Chronicle.
Diketahui, jumlah ISIS yang terluka dan tewas meningkat akibat sulitnya kondisi pertempuran dengan Hamas dan di medan perang.
Yair Zuckerman, Komandan Brigade Nahal, bahkan menggambarkan kondisi sulit di Rafah, Gaza selatan.
Zuckerman menggambarkan kondisi sulit di Rafah, Gaza selatan.
Menurut Zuckerman, Hamas telah menggunakan banyak cara untuk melawan ISIS.
Memasukkan terowongan di Rafah menciptakan labirin besar dan menghubungkan lingkungan melalui dinding dengan pintu masuk.
Zuckerman menyoroti lambatnya kemajuan ISIS melawan Hamas di Rafah, mengutip Palestine Chronicle.
Dan dia mengakui bahwa pertempuran itu melelahkan.
Ia juga menjelaskan bahwa Hamas menggunakan banyak kamera di Rafah untuk mengatur pertempuran dari atas dan bawah. Selain itu, ada tantangan lain: Hamas menggunakan rumah dan ruangan sebagai jebakan.
Berkaca pada kejadian baru-baru ini yang menewaskan empat tentara Israel akibat ledakan di sebuah rumah yang awalnya tampak kosong.
Sejak 6 Mei, tentara Israel telah melancarkan serangan darat di Rafah, menyebabkan lebih dari satu juta warga Palestina mengungsi karena kondisi kemanusiaan yang mengerikan.
(Tribunnews.com/Garudea Prabawati)