Isinya Diubah, Israel Tolak Proposal Joe Biden soal Gencatan Senjata dengan Hamas

TRIBUNNEWS.COM – Israel menolak proposal gencatan senjata yang diajukan ke Dewan Keamanan PBB oleh sekutunya, Presiden Amerika Serikat (AS) Joe Biden.

Usulan Joe Biden pekan lalu menyerukan gencatan senjata antara Israel dan Gerakan Perlawanan Islam Palestina (Hamas) di Jalur Gaza.

AS menyerahkan rancangan resolusi tersebut pada Senin (6/3/2024).

Namun, media AS baru-baru ini memberitakan bahwa Gedung Putih merevisi isi proposal Joe Biden sebelum menyampaikan versi finalnya ke Dewan Keamanan PBB pada Kamis (6/6/2024).

Duta Besar Israel untuk PBB Gilad Erdan mengatakan kepada Duta Besar AS untuk PBB Linda Thomas-Greenfield bahwa Israel menentang usulan Joe Biden karena dia yakin AS tidak akan membela Israel, lapor media Israel.

“Rancangan resolusi versi terbaru menunjukkan adanya perubahan posisi Amerika Serikat terhadap Israel,” demikian pemberitaan media tersebut, Jumat (07/06/2024).

“Draf terbaru dari RUU tersebut menyerukan Hamas dan Israel untuk melaksanakan proposal tersebut tanpa penundaan dan tanpa syarat apa pun. Sedangkan draf Joe Biden sebelumnya hanya meminta Hamas menerima usulan tersebut,” lanjutnya.

Versi terbaru usulan Joe Biden menyatakan bahwa Amerika Serikat menentang segala upaya untuk mengubah situasi demografis atau status quo di Jalur Gaza. Joe Biden mengirimkan proposal gencatan senjata kepada Israel dan Hamas

Sebelumnya, Presiden AS Joe Biden menyampaikan pokok-pokok usulan gencatan senjata kepada Israel dan Hamas dalam pidatonya di Gedung Putih pada 31 Mei 2024.

Usulan Joe Biden terdiri dari tiga fase, antara lain pertukaran tahanan pada fase pertama, gencatan senjata pada fase kedua, dan rehabilitasi Jalur Gaza pada fase ketiga.

Terlepas dari isi pidato Joe Biden, Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu menolaknya.

“Saya tidak setuju untuk menghentikan perang pada proposal tahap kedua,” kata Netanyahu kemarin, menurut Al Jazeera.

Dia hanya akan membahas tindakan yang sesuai dengan tuntutan Israel dan bersikeras untuk tidak mengakhiri perang di Jalur Gaza sampai semua tujuannya untuk menghancurkan Hamas tercapai.

Sementara itu, Hamas menyatakan akan menyambut positif usulan tersebut, meski Hamas menilai hal itu merupakan upaya menutupi penolakan Israel terhadap usulan Mesir-Qatar pada 5 Mei lalu. Jumlah korban

Israel terus melanjutkan agresinya di Jalur Gaza, sejak Sabtu (7/10/2023) hingga Selasa (4/6/2024) jumlah korban tewas warga Palestina bertambah lebih dari 36.550 orang, 82.959 orang luka-luka, dan 1.147 orang tewas di wilayah Israel, Anadolu melaporkan.

Sebelumnya, Israel mulai melakukan pengeboman di Jalur Gaza setelah gerakan perlawanan Palestina Hamas melancarkan Operasi Banjir Al-Aqsa pada Sabtu (7/10/2023) untuk melawan pendudukan Israel dan kekerasan di Al-Aqsa.

Setelah menukar 105 sandera dengan 240 tahanan Palestina pada akhir November 2023, Israel memperkirakan Hamas masih menahan sekitar 120 tahanan, hidup atau mati, di Jalur Gaza.

Menurut laporan The Guardian pada bulan Desember 2023, lebih dari 8.000 warga Palestina masih berada di penjara Israel.

(Tribunnews.com/Unitha Rahmayanti)

Berita lainnya terkait konflik Palestina-Israel

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *