TRIBUNNEWS.COM – Iran mengaku berencana membalas serangan Israel yang menewaskan penasihat militer Iran Saaed Abyar.
Korps Garda Revolusi Iran (IRGC) menyampaikan belasungkawa atas meninggalnya Abyar melalui pesan pada Rabu (5 Juni 2024).
Abyar kehilangan nyawanya setelah serangan Israel di pinggiran kota Aleppo, Suriah awal pekan ini.
“Zionis yang membunuh anak-anak harus tahu bahwa mereka akan membayarnya dengan pertumpahan darah,” kata komandan IRGC Mayor Jenderal Hossein Salami seperti dikutip Mehr News.
Salami mengatakan Israel harus menunggu tanggapan Iran terhadap pembunuhan Abyar.
Jenazah Abyar dimakamkan di Teheran pada hari Selasa. Saat penyerangan Israel terjadi, Abyar sedang berada di Aleppo karena diundang oleh pemerintah Suriah.
Abyar disebut-sebut berperan penting dalam membantu Suriah melawan teroris dan menjaga perdamaian, stabilitas, dan keamanan.
Associated Press melaporkan, serangan Israel juga menewaskan beberapa orang selain Abyar.
Israel sendiri belum mengaku berada di balik serangan tersebut.
Sebuah video yang beredar di media sosial menunjukkan kebakaran besar melanda gedung tersebut pasca serangan Israel.
“Israel melancarkan serangan udara dari tenggara Aleppo ke beberapa wilayah,” kata Kementerian Pertahanan Suriah dalam pernyataannya, seperti dikutip The Times of Israel.
“Agresi ini menyebabkan beberapa kematian dan beberapa kerugian harta benda.”
Kelompok pemantau Observatorium Suriah untuk Hak Asasi Manusia yang berbasis di Inggris mengklaim bahwa setidaknya 12 militan Iran tewas dalam serangan itu.
Serangan tersebut merupakan yang pertama yang menewaskan seorang pejabat Iran sejak Israel menyerang kedutaan Iran di Suriah pada 1 April.
Serangan pada awal April menewaskan tujuh orang, termasuk dua jenderal Iran dan seorang anggota kelompok Hizbullah Lebanon.
Iran kemudian membalasnya dengan menembakkan rudal dan pesawat langsung dari wilayahnya ke Israel.
Negara ini telah mengirimkan penasihatnya ke Suriah sejak Suriah mengalami perang saudara pada tahun 2011. Iran mendukung pemerintahan Presiden Suriah Bashar Asaad.
Beberapa waktu lalu, Iran bersumpah akan membalas serangan Israel yang mengganggu kepentingan Iran.
“Era kesabaran strategis telah berakhir,” kata Mohammad Jamshidi, yang menjabat sebagai wakil kepala staf presiden Iran.
Serangan terbaru Israel terjadi ketika Iran masih belum pulih dari kematian Presiden Ebrahim Rais dan Menteri Luar Negeri Hossein Amir-Abdollahian dalam kecelakaan helikopter.
“Israel mungkin memperhitungkan bahwa ini adalah peluang untuk menyerang,” Trira Parsi, pakar studi Iran asal AS, mengatakan kepada CNN.
Parsi mengatakan serangan itu mungkin membingungkan pihak berwenang tentang bagaimana meresponsnya.
Serangan itu juga terjadi di saat Israel semakin terisolasi akibat perang Gaza.
Israel jarang mengakui serangannya di Suriah.
Suriah dan Israel telah terlibat perang sejak berdirinya negara Zionis pada tahun 1948. Awalnya, serangan Israel menargetkan otoritas Iran dan fasilitas Iran.
(Tribunnews/Februari)