Laporan Namira Yunia, reporter Tribunnews.com
TRIBUNNEWS.COM, Teheran – Iran meningkatkan program pengembangan dan pengujian senjata nuklirnya menjelang serangan militer mendatang terhadap Israel.
Iran sedang menguji program bom nuklir dan meningkatkan produksi uranium yang diperkaya, meningkatkan produksi hulu ledak nuklir dan mengembangkan rudal dengan hulu ledak nuklir.
Tiga sumber terpercaya di Iran mengungkapkan bahwa pemerintah Teheran kini mempromosikan pengayaan uranium tingkat tinggi untuk meningkatkan produksi bahan peledak nuklir dengan mengatur ulang Organisasi Inovasi dan Penelitian Pertahanan (SPND).
Pada April 2024, Parlemen Iran menyetujui pembentukan SPND dengan rancangan undang-undang (RUU). Dengan adanya peraturan ini, SPND secara hukum menjadi organisasi yang mandiri dan bebas dari pengawasan Badan Pemeriksa Keuangan. Kesempatan ini kemudian digunakan untuk membuat bom nuklir secara diam-diam.
Hal ini bertentangan dengan pernyataan badan intelijen Amerika yang menyebutkan bahwa Iran tidak memproduksi senjata nuklir dalam beberapa tahun terakhir. Mengukur tenaga nuklir Iran
Iran selalu menekankan bahwa program nuklir Iran hanya untuk tujuan konvensional dan damai.
Namun klaim ini ditolak oleh para ilmuwan internasional, yang percaya bahwa Iran memiliki cadangan bahan nuklir di atas rata-rata.
Menurut laporan Badan Energi Atom Internasional, Iran kini memiliki uranium dengan kemurnian 60%. Meskipun dimungkinkan untuk membuat senjata nuklir, namun kemurnian uranium harus 90%.
Namun, Eric Brewer, wakil direktur Inisiatif Ancaman Nuklir, mengatakan Iran mampu memproduksi senjata nuklir dalam jumlah besar dalam waktu singkat.
Pasalnya, kota Isfahan menampung sekitar 11 pembangkit listrik tenaga nuklir aktif yang saat ini ditutup sementara.
“Hanya membutuhkan waktu beberapa minggu untuk memproduksi bahan senjata dari Iran, tapi mungkin akan memakan waktu lebih lama untuk menghasilkan bom yang layak – satu tahun atau lebih,” kata Brewer.
Stok uranium Iran dilaporkan meningkat sejak perjanjian nuklir Iran dengan negara-negara besar gagal pada tahun 2015 menyusul keputusan AS untuk menarik diri secara sepihak dari perjanjian tersebut pada tahun 2018.
Setelah kejadian ini, Iran melakukan pengayaan nuklir di bawah pembatasan senjata.
Salah satunya adalah pemasangan 18 seri sentrifugal IR-2m di Natanz dan delapan seri sentrifugal IR-6 di PLTN Fordow.
Masing-masing alat sentrifugal tersebut mampu memperkaya uranium lebih cepat dibandingkan alat sentrifugal IR-1 yang digunakan Iran.