Iran Tak Mau Perang, Ngaku Hanya Ingin Hukum Israel usai Bunuh Ismail Haniyeh

TRIBUNNEWS.COM – Juru bicara Kementerian Luar Negeri Iran, Nasser Kanaani, mengatakan Iran tidak berusaha meningkatkan ketegangan di kawasan, namun ia menekankan bahwa pihaknya harus menghukum Israel.

Menurutnya, hal itu diperlukan untuk mencegah instabilitas lebih lanjut, menyusul terbunuhnya Kepala Biro Politik Hamas Ismail Haniyeh dalam penyerangan di Teheran, Iran pada Rabu (31/7/2024) sekitar pukul 02.00 waktu setempat. .

“Iran berupaya menciptakan stabilitas di kawasan, namun hal ini hanya bisa dicapai dengan menghukum para agresor dan mencegah Israel melakukan tindakan yang tidak diinginkan,” kata Nasser Kanaani, Senin (5/8/2024).

“Tindakan Teran tidak bisa dihindari,” tambahnya.

Dia mengatakan komunitas internasional belum memenuhi tugasnya untuk melindungi stabilitas kawasan dan harus mendukung hukuman bagi para pelakunya.

Dalam pernyataannya, Nasser Kanaani juga menekan mitranya di Israel, Amerika Serikat (AS), untuk berhenti mendukung kekerasan Israel.

“Tidak perlu mengirimkan pesan dari Amerika ke Iran tentang kemungkinan tanggapan Iran terhadap Israel terkait pembunuhan kepala kantor politik Hamas Ismail Haniyeh,” ujarnya.

“Pemerintahan Amerika adalah sekutu terbesar Israel dan harus menggunakan kemampuannya untuk menghentikannya,” lanjutnya.

Menurutnya, Israel tidak akan berani memperluas perang tanpa dukungan Amerika Serikat.

“Pemerintah Israel tidak akan mengambil tindakan drastis apa pun tanpa menghubungi Amerika,” kata Al Watan Kuwait.

Sementara itu, Komandan Korps Garda Revolusi Iran (IRGC), Hossein Salami, membenarkan ancaman IRGC yang nantinya akan menghukum Israel.

“Israel akan menerima tanggapan yang kuat atas pembunuhan Ismail Haniyeh,” kata Hossein Salami dalam pidatonya pada upacara penghormatan terhadap jurnalis tersebut di Universitas Al-Thawra pada hari Senin.

“Israel membunuh seorang mujahid yang menginginkan hak asasi manusia. Mereka salah perhitungan dengan membunuh Haniyeh dan Israel akan mendapat respon yang keras,” lanjutnya.

Ia menegaskan, Iran akan memberi pelajaran kepada Israel setelah menghadapi berbagai peristiwa.

“Kita sedang menghadapi berbagai kejadian dan jumlahnya semakin meningkat. Suatu hari pihak berwenang memutuskan untuk mengadakan acara seperti itu, namun hari ini situasinya telah berubah,” tambahnya.

Pernyataan Iran hari ini muncul pasca pembunuhan Ketua Politbiro Hamas Ismail Haniyeh di Teheran, Iran pada Rabu (31/7/2024) sekitar pukul 02.00 waktu setempat.

Iran menuduh Israel mendalangi pembunuhan Ismail Haniyeh, namun juru bicara militer Israel Daniel Hagari membantahnya.

Sebelumnya, Hizbullah juga menyatakan akan membalas pembunuhan komandan Hizbullah Fuad Shukr dalam serangan Israel di pinggiran selatan Beirut, Lebanon, Selasa (30/7/2024) malam pekan lalu.

“Tentara Israel menyerbu Selasa malam di Lebanon dan membunuh Fuad Shukr dengan serangan presisi, dan tidak ada serangan udara lain malam itu, dengan roket dan drone,” kata Daniel Hagari kepada New York Times, Kamis (1/8/2024). menampik tuduhan pembunuhan Ismail Haniyeh di Jalur Gaza

Saat ini Israel masih terus melakukan kekerasan di Jalur Gaza, jumlah korban tewas warga Palestina meningkat hingga lebih dari 39.583 orang dan 91.398 lainnya luka-luka sejak Sabtu (7/10/2023) hingga Minggu (4/8/2024). dan 1.147 kematian di wilayah Israel, dikutip oleh Anadolu Agency.

Sebelumnya, Israel mulai melakukan pengeboman di Jalur Gaza setelah kelompok oposisi Palestina, Hamas, melancarkan Operasi Banjir Al-Aqsa pada Sabtu (7/10/2023) untuk memerangi kekerasan Israel di Al-Aqsa sejak tahun 1948.

Israel memperkirakan ada sekitar 120 sandera, hidup atau mati, yang masih ditahan oleh Hamas di Jalur Gaza, setelah menukar 105 tahanan dengan 240 tahanan Palestina pada akhir November 2023.

(Tribunnews.com/Yunita Rahmayanti)

Beberapa berita terkait konflik Palestina vs Israel

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *