Iran Singgung Masa Lalu Pahit dengan AS: Menangnya Trump Jadi Kesempatan Revisi Kebijakan yang Salah

TRIBUNNEWS.com – Menyinggung masa lalu pahitnya dengan Amerika Serikat (AS), Iran membahas kemenangan Donald Trump sebagai presiden negaranya.

Juru bicara Kementerian Luar Negeri Iran, Esmaeili Baghaei mengungkapkan, Amerika Serikat di bawah kepemimpinan Trump secara sepihak menarik diri dari perjanjian nuklir antar negara pada tahun 2018.

Faktanya, AS dan Iran menandatangani perjanjian tersebut pada tahun 2015.

Tak hanya mundur secara sepihak, Trump juga disinyalir melontarkan serangkaian kesaksian pedas terhadap Iran saat itu.

“Kami memiliki pengalaman yang sangat pahit dengan kebijakan dan pendekatan berbagai pemerintah AS di masa lalu,” kata Baghaei pada Kamis (7/11/2024), dilansir IRNA.

Selain itu, Baghaei juga memperkirakan kemenangan Trump pada Pilpres AS 2024 akan menjadi peluang bagi Trump untuk merevisi kebijakan yang salah.

“Hasil pemilu adalah kesempatan untuk meninjau dan merevisi pendekatan yang salah di masa lalu,” katanya.

Namun, dia menegaskan hasil pemilu presiden 2024 tidak akan berdampak pada Iran.

Bagi Iran, hal terpenting adalah presiden Amerika yang baru dapat mengevaluasi kebijakan mereka.

“Pemilihan presiden Amerika adalah tanggung jawab rakyat negara itu, dan kini mereka telah menentukan pilihannya,” jelas Baghaei.

“Yang penting bagi Iran adalah kinerja pemerintah AS sebagai kriteria evaluasi,” tambahnya.

Sehari sebelumnya, juru bicara pemerintah Iran Fatemeh Mohajerani mengatakan Trump dan Kamala Harris tidak memiliki perbedaan yang signifikan.

Ia juga menegaskan, hasil pemilu presiden AS tahun 2024 tidak ada hubungannya dengan Iran.

“Pemilihan presiden AS tidak ada hubungannya dengan kami. Kebijakan umum AS dan Iran bersifat permanen (tidak berubah),” ujarnya seperti dikutip Press TV.

“Tidak masalah siapa yang menjadi presiden Amerika Serikat, karena semua perencanaan yang diperlukan sudah dilakukan sebelumnya,” lanjutnya.

Mohajerani juga menegaskan bahwa Iran siap menghadapi sanksi baru apa pun yang mungkin dijatuhkan AS di masa depan.

“Pada dasarnya, kami tidak melihat perbedaan antara Trump dan Harris.”

“Sanksi telah memperkuat kekuatan internal Iran dan kami memiliki kekuatan untuk menghadapi sanksi baru,” tutupnya.

Trump diketahui memenangkan pemilu presiden AS 2024 setelah meraih mayoritas 295 suara Electoral College.

Sedangkan Harris hanya memperoleh 226 suara dari Electoral College.

(Tribunnews.com/Pravitri Network W)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *