TRIBUNNEWS.COM – Kedutaan Besar Iran di London mengutuk pernyataan Menteri Luar Negeri Inggris terkait gencatan senjata di Gaza.
Duta Besar Iran menyebut Menteri Luar Negeri Inggris David Lammy munafik terkait gencatan senjata di Gaza.
Pasalnya, meski mendukung gencatan senjata di Gaza, ia yakin Inggris mengabaikan banyaknya korban di Gaza.
“Meskipun Inggris secara terbuka mendukung gencatan senjata, tampaknya tidak ada kekhawatiran mengenai ribuan perempuan dan anak-anak yang mungkin terbunuh sebelum gencatan senjata tercapai,” kata duta besar Iran.
Pernyataan itu disampaikan tak lama setelah Lammy berbicara dengan Menteri Urusan Strategis Israel Ron Dermer.
Dalam perbincangan tersebut, Lammy justru menegaskan dukungannya terhadap Israel.
Pernyataan Lammy membuat marah Iran.
“Rezim Zionis mendapat dukungan penuh atas tindakannya di Palestina, dan negara-negara lain harus menahan diri untuk tidak menanggapi kejahatannya untuk menghindari peningkatan ketegangan,” tulis kedutaan tersebut kepada X, yang dikutip oleh The New Arab.
Hingga saat ini, Iran menuduh negara-negara Barat, termasuk Inggris, menerapkan “standar ganda”.
Tuduhan itu muncul ketika negara-negara Barat menentang pernyataan Dewan Keamanan PBB yang disusun oleh Rusia yang mengutuk serangan Israel terhadap kedutaan Iran di Suriah.
Pada saat yang sama, ketegangan antara Iran dan Israel meningkat pasca pembunuhan pemimpin Hamas Ismail Haniyeh di Teheran pada akhir Juli 2024.
Iran bersumpah untuk membalas kematian Haniyeh terhadap Israel.
Meski tidak memberikan informasi lebih lanjut kapan serangan balasan akan dilancarkan, Wakil Komandan Korps Garda Revolusi Islam Ali Fadavi berjanji akan memberikan sanksi keras kepada Israel.
“Perintah Pemimpin Tertinggi mengenai hukuman berat terhadap Israel dan balas dendam atas darah syahid Ismail Haniyeh jelas dan eksplisit dan akan dilaksanakan dengan cara terbaik,” kata wakil komandan Korps Garda Revolusi Islam, Ali Fadavi, dikutip oleh Al. . Jazeera.
Iran juga mengadakan latihan militer skala besar untuk melancarkan serangan balasan terhadap Israel.
Pelatihan akan berlangsung selama 5 hari mulai tanggal 9 hingga 13 Agustus 2024.
Hal ini dibenarkan oleh wakil gubernur politik Qasr-e Shirin di provinsi Kermanshah, Morad Babakhani.
Latihan tersebut, yang dimulai pada hari Jumat, sedang berlangsung di provinsi barat Kermanshah, dekat perbatasan dengan Irak, untuk “meningkatkan kesiapan dan kewaspadaan tempur”, kata seorang pejabat pasukan bersenjata, seperti dikutip oleh Al-Arabiya.
Latihan militer tersebut terjadi setelah berulang kali diancam oleh pejabat Iran untuk membalas pembunuhan pemimpin Hamas Ismail Haniyeh di Teheran.
Pada bulan April, Iran melancarkan serangan balasan yang belum pernah terjadi sebelumnya terhadap Israel.
Serangan ini merupakan respons atas pembunuhan Panglima Korps Garda Revolusi Iran di Damaskus.
Inilah sebabnya mengapa Amerika khawatir serangan balik Iran saat ini akan lebih besar dibandingkan serangan pada bulan April.
Namun, para pejabat Iran mengatakan serangan balasan tidak akan dilakukan jika ada perjanjian gencatan senjata di Gaza.
(Tribunnews.com/Farrah Putri)
Artikel lain terkait Iran vs Israel, Inggris, dan konflik Palestina vs Israel